Hidrat adalah zat padat yang mengikat beberapa molekul air sebagai bagian
dari struktur kristalnya.
Contoh:
1. Terusi (CuSO4.5 H2O) : tembaga(II) sulfat pentahidrat
2. Gipsum (CaSO4.2 H2O) : kalsium sulfat dihidrat
3. Garam inggris (MgSO4.7 H2O) : magnesium sulfat heptahidrat
4. Soda hablur (Na2CO3.10 H2O) : natrium karbonat dekahidrat
Jika suatu senyawa hidrat dipanaskan, maka ada sebagian atau seluruh air
kristalnya dapat dilepas (menguap). Jika suatu hidrat dilarutkan dalam air, maka
air kristalnya akan lepas.
Contoh: CuSO4.5 H2O(s) → CuSO4(aq) + 5 H2O(l)
Gambar 3.11 CuSO4.5 H2O (kiri) dan CuSO4 (kanan). Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter & Change, Martin S. Silberberg, 2000.
Jumlah molekul air kristal dari suatu senyawa hidrat dapat ditentukan melalui cara sebagai berikut.
Contoh:
Sebanyak 5 gram hidrat dari tembaga(II) sulfat (CuSO4.5 H2O) dipanaskan sampai semua air kristalnya menguap. Jika massa padatan tembaga(II) sulfat yang terbentuk adalah 3,2 gram, tentukan rumus hidrat tersebut! (Ar Cu = 63,5, S = 32, O = 16, dan H = 1).
Jawab:
Massa H2O = 5 gram – 3,2 gram = 1,8 gram
Mol CuSO4 =
Mol H2O =
Perbandingan mol CuSO4 : H2O
= 0,02 mol : 0,1 mol
= 1 : 5
Karena perbandingan mol = perbandingan koefisien, maka x = 5.
Jadi, rumus hidrat tersebut adalah CuSO4.5 H2O.
PENENTUAN SENYAWA HIDRAT
Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengikat molekul air. Molekul air yang terikat itu dinamakan molekul hidrat.
Contohnya :
MgSO4 . 2H2O = mengikat 2 molekul air,
Cr2O3 . 3H2O = mengikat 3 molekul air.
Penentuan jumlah molekul hidrat adalah dengan cara memanaskan senyawa hidrat tersebut, sehingga molekul air menguap, selisih massa sebelum dan sesudah pemanasan menunjukkan jumlah hidrat yang dikandung senyawa tersebut.
Contoh soal :
1. Jika 39 gr MgSO4. x H2O dipanaskan, dihasilkan 30 gr MgSO4 anhidrat sesuai dengan persamaan reaksi :
MgSO4. xH2O --> MgSO4 + x H2O
Perbandingan koefisien = 1 : 1 : x
Jika diketahui Mr MgSO4 =120 dan Mr H2O = 18, maka nilai x adalah.....
Jawab :
Diketahui : Massa MgSO4. x H2O = 39 gr , Massa MgSO4 = 30 gr
Mr MgSO4 =120 , Mr H2O = 18
Ditanya : jumlah molekul hidrat ( x ) = ...?
Massa H2O = 39 – 30 = 9 gr
Mol MgSO4 = 30 gr : 120 = 0,25
Mol H2O = 9 gr : 18 = 0,5
Mol MgSO4 : Mol H2O = koefisien MgSO4 : koefisien H2O
0,25 : 0,5 = 1 : x
0,5 = 1 : x
X = 1 : 0,5 = 2
Maka jumlah molekul air = 2,
senyawa tersebut adalah MgSO4. 2 H2O
PENENTUAN KADAR UNSUR DALAM SENYAWA
Hukum Proust menyatakan bahwa perbandingan massa unsur-unsur penyusun senyawa selalu tetap, maka dapatlah kita menentukan perbandingan massa unsur dalam suatu senyawa yang telah diketahui rumus kimianya. Maka untuk suatu senyawa dengan rumus XmYn berlaku persamaan sebagai berikut :
Massa X = {( m x Ar X) / (Mr XmYn)} x massa XmYn
Dimana m = indeks zat X
Contoh soal :
1. Tentukan massa Al, S dan O dalam 171 kg senyawa Al2(SO4)3, jika diketahui Ar Al = 27, S = 32, O = 16.
Jawab : Mr Al2(SO4)3 = (2 x Ar Al) + ( 3 x Ar S) + ( 12 x Ar O)
= ( 2 x 27) + ( 3 x 32) + ( 12 x 16)
= 342
Indeks Al = 2
Indeks S = 3
Indeks O = 12
Massa Al = {(indeks Al x Ar Al) : Mr Al2(SO4)3} x massa Al2(SO4)3
= {( 2 x 27) : 342} x 171
= 27 kg
Massa S = {(indeks S x Ar S) : Mr Al2(SO4)3} x massa Al2(SO4)3
= {( 3 x 32) : 342} x 171
= 48 kg
Massa O = {(indeks O x Ar O) : Mr Al2(SO4)3} x massa Al2(SO4)3
= {( 12 x 16) : 342} x 171
= 96 kg
2. Kadar molekul hidrat dalam senyawa FeSO4 . x H2O sebanyak 26,47 %. Jika diketahui Mr FeSO4 = 152, dan Mr H2O = 18, maka tentukan jumlah molekul hidrat dan rumus garam terhidrat tersebut !
Jawab : diketahui : % H2O = 26,47 %
Mr FeSO4 = 152, Mr H2O = 18
Ditanya : x = ..? , rumus garam terhidrat = ...?
% FeSO4 = 100 % - 26,47 % = 73,53 %
{( % FeSO4 : % H2O)} = {( Mr FeSO4 : ( indeks H2O x Mr H2O)}
( 73,53 : 26,47) = 152 : ( x . 18)
2,77 = 152 : 18x
18 x = 152 : 2,77
18 x = 54,9
X = 54,9 : 18
= 3
Jadi, jumlah molekul hidrat = 3,
rumus molekul garam terhidrat = FeSO4 . 3 H2O
Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengikat molekul air. Molekul air yang terikat itu dinamakan molekul hidrat.
Contohnya :
MgSO4 . 2H2O = mengikat 2 molekul air,
Cr2O3 . 3H2O = mengikat 3 molekul air.
Penentuan jumlah molekul hidrat adalah dengan cara memanaskan senyawa hidrat tersebut, sehingga molekul air menguap, selisih massa sebelum dan sesudah pemanasan menunjukkan jumlah hidrat yang dikandung senyawa tersebut.
Contoh soal :
1. Jika 39 gr MgSO4. x H2O dipanaskan, dihasilkan 30 gr MgSO4 anhidrat sesuai dengan persamaan reaksi :
MgSO4. xH2O --> MgSO4 + x H2O
Perbandingan koefisien = 1 : 1 : x
Jika diketahui Mr MgSO4 =120 dan Mr H2O = 18, maka nilai x adalah.....
Jawab :
Diketahui : Massa MgSO4. x H2O = 39 gr , Massa MgSO4 = 30 gr
Mr MgSO4 =120 , Mr H2O = 18
Ditanya : jumlah molekul hidrat ( x ) = ...?
Massa H2O = 39 – 30 = 9 gr
Mol MgSO4 = 30 gr : 120 = 0,25
Mol H2O = 9 gr : 18 = 0,5
Mol MgSO4 : Mol H2O = koefisien MgSO4 : koefisien H2O
0,25 : 0,5 = 1 : x
0,5 = 1 : x
X = 1 : 0,5 = 2
Maka jumlah molekul air = 2,
senyawa tersebut adalah MgSO4. 2 H2O
PENENTUAN KADAR UNSUR DALAM SENYAWA
Hukum Proust menyatakan bahwa perbandingan massa unsur-unsur penyusun senyawa selalu tetap, maka dapatlah kita menentukan perbandingan massa unsur dalam suatu senyawa yang telah diketahui rumus kimianya. Maka untuk suatu senyawa dengan rumus XmYn berlaku persamaan sebagai berikut :
Massa X = {( m x Ar X) / (Mr XmYn)} x massa XmYn
Dimana m = indeks zat X
Contoh soal :
1. Tentukan massa Al, S dan O dalam 171 kg senyawa Al2(SO4)3, jika diketahui Ar Al = 27, S = 32, O = 16.
Jawab : Mr Al2(SO4)3 = (2 x Ar Al) + ( 3 x Ar S) + ( 12 x Ar O)
= ( 2 x 27) + ( 3 x 32) + ( 12 x 16)
= 342
Indeks Al = 2
Indeks S = 3
Indeks O = 12
Massa Al = {(indeks Al x Ar Al) : Mr Al2(SO4)3} x massa Al2(SO4)3
= {( 2 x 27) : 342} x 171
= 27 kg
Massa S = {(indeks S x Ar S) : Mr Al2(SO4)3} x massa Al2(SO4)3
= {( 3 x 32) : 342} x 171
= 48 kg
Massa O = {(indeks O x Ar O) : Mr Al2(SO4)3} x massa Al2(SO4)3
= {( 12 x 16) : 342} x 171
= 96 kg
2. Kadar molekul hidrat dalam senyawa FeSO4 . x H2O sebanyak 26,47 %. Jika diketahui Mr FeSO4 = 152, dan Mr H2O = 18, maka tentukan jumlah molekul hidrat dan rumus garam terhidrat tersebut !
Jawab : diketahui : % H2O = 26,47 %
Mr FeSO4 = 152, Mr H2O = 18
Ditanya : x = ..? , rumus garam terhidrat = ...?
% FeSO4 = 100 % - 26,47 % = 73,53 %
{( % FeSO4 : % H2O)} = {( Mr FeSO4 : ( indeks H2O x Mr H2O)}
( 73,53 : 26,47) = 152 : ( x . 18)
2,77 = 152 : 18x
18 x = 152 : 2,77
18 x = 54,9
X = 54,9 : 18
= 3
Jadi, jumlah molekul hidrat = 3,
rumus molekul garam terhidrat = FeSO4 . 3 H2O
2. Menentukan rumus
air kristal
Senyawa yang mengikat air kristal disebut Hidrat yaitu zat padat yang
mengikat beberapa molekul air sebagai bagian dari struktur kristalnya.
Contohnya CuSO4 . 5 H2O ( terusi ), MgSO4 . 7
H2O ( garam inggris ). Jika suatu hidrat dilarutkan dalam air , maka
kristalnya akan lepas dan jika dipanaskan sebagian atau seluruh air kristalnya
dapat lepas ( menguap ).
Contoh :
Kristan Zn (NO3)2 . XH2O dipanaskan hingga
semua air kristalnya menguap, ternyata beratnya berkurang 36,54 % . Tentukan
harga X ! ( Ar Zn = 65 ; N = 14 ; O = 16 ; H = 1 ).
Jawab :
Misalnya berat kristal = 100 gram , massa kristal berkurang 36,54 %
Maka massa kristal yang sisa adalah massa Zn(NO3)2 =
( 100 – 36,54 ) gr = 63,46 gram
Massa H2O = 36,54 gram
Perbandingan mol Zn(NO3)2 : H2O = 63,46
: 36,54
189.
18
= 0,34 : 2,03
= 1 : 6
jadi harga X adalah 6 dan rumus kimia kristal adalah Zn(NO3)2
. 6H2O
3. Menentukan kadar zat dalam suatu senyawa
Dari perbandingan atom dapat ditentukan perbandingan massa dan kadar ( %
massa ) unsur-unsur penyusunnya, dengan menggunakan rumus :
Kadar Z dalam senyawa = X . Ar Z x 100 %
Mr
Dimana X adalah jumlah atau unsur dalam 1 molekul senyawa . indeks dari
unsur yang bersangkutan dalam rumus kimia senyawa.
Contoh :
Kadar N dalam urea [(CO(NH2)2] =
2 x 14 x 100 % = 46,67 %
60
Rumus Kimia Hidrat (Air Kristal)
MENENTUKAN RUMUS KIMIA HIDRAT (AIR
KRISTAL)
Hidrat adalah senyawa kristal padat yang mengandung air
kristal (H2O). Rumus kimia senyawa kristal padat sudah diketahui. Jadi pada
dasarnya penentuan rumus hidrat adalah penentuan jumlah molekul air kristal
(H2O) atau nilai x.
Secara umum, rumus hidrat dapat ditulis sebagai :
Secara umum, rumus hidrat dapat ditulis sebagai :
Rumus kimia senyawa kristal padat : x.H2O
|
Sebagai contoh garam Kalsium Sulfat, memiliki rumus
kimia CaSO4 . 2 H2O, artinya dalam setiap mol CaSO4 terdapat 2 mol H2O.
Beberapa senyawa berhidrat / berair kristal dapat Anda lihat pada tabel berikut.
Tabel 06.10 Beberapa senyaw berhidrat
Untuk jelasnya Anda simak contoh berikut!
Contoh:
Tabel 06.10 Beberapa senyaw berhidrat
Untuk jelasnya Anda simak contoh berikut!
Contoh:
1.
|
5,0 gram hidrat dari Tembaga (II) Sulfat dipanaskan sampai semua air
kristalnya menguap. Jika massa Tembaga (II) Sulfat padat yang terbentuk 3,20
gram. Tentukan rumus hidrat tersebut! (Ar Cu = 63,5 ; S = 32 ; O = 16 ; H =
1)
Jawab : Langkah-langkah penentuan rumus hidrat : - Misalkan rumus hidrat adalah CuSO4 . x H2O - Tulis persamaan reaksinya - Tentukan mol zat sebelum dan sesudah reaksi - Hitung nilai x, dengan menggunakan perbandingan mol CuSO4 : mol H2O CuSO4 . x H2O (s) CuSO4 (s) + x H2O 5 gram 3,2 gram 1,8 gram Perbandingan, mol CuSO4 : mol H2O = : = 0.02 : 0,10 Perbandingan, mol CuSO4 : mol H2O = 1 : 5 Jadi Rumus hidrat dari tembaga (II) sulfat adalah CuSO4 . 5 H2O. |
2.
|
Bagaimanakah Rumus kimia garam Barium Klorida
Berhidrat (BaCl2.x H2O) bila 12,2 gram garam tersebut dipanaskan
menghasilakan zat yang tersisa sebanyak 10,4 gram.
Ar Ba = 137 ; Cl = 35,5 ; O = 16 ; H = 1 Jawab: ....BaCl2 . x H2O .....BaCl2 .....+..... x H2O .......................,....................... ....12,2 gram ..........10,4 gram .......(12,2 - 10,4) = 1,8 gram ....Perbandingan, mol BaCl2 : mol H2O = ...................................................= 0,05 : 0,1 ...................................................= 1 : 2 Jadi rumus kimia garam tersebut BaCl2 . 2 H2O |
Pahamkah Anda? Coba Anda kerjakan latihan berikut
LATIHAN
Kadar air kristal dalam suatu hidrat dari Na2CO3
adalah 14,5%. Tentukan rumus hidratnya! (Ar Na = 23 ; C = 12 ; O = 16 ; H = 1)
Jika anda telah selesai membahasnya, cocokkan jawaban
Anda
KUNCI LATIHAN
Misal: senyawa hidrat = 100 gram
.........Na2CO3 . x H2O ...===>....Na2CO3 ....+.... x H2O
.........100% ......... ..................85,5% ............14,5%
.........= 100 gram ............... ..= 85,5 gram .......= 14,5 gram
Misal: senyawa hidrat = 100 gram
.........Na2CO3 . x H2O ...===>....Na2CO3 ....+.... x H2O
.........100% ......... ..................85,5% ............14,5%
.........= 100 gram ............... ..= 85,5 gram .......= 14,5 gram
Perbandingan, mol Na2CO3 : mol H2O =
..................................................= 0,8 : 0,8
..................................................= 1 : 1
Jadi Rumus hidrat tersebut Na2CO3 . H2O
..................................................= 0,8 : 0,8
..................................................= 1 : 1
Jadi Rumus hidrat tersebut Na2CO3 . H2O
laporan kimia smter1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan praktikum ini dapat terselesaikan.
Ucapan terimakasih tak lupa penyusun sampaikan kepada :
a. Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.
b. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
c. Tim Dosen Pengampu mata kuliah Kimia Dasar.
d. Tim Asisten yang telah memberi dukungan, sekaligus bimbingan selama pelaksanaan praktikum hingga akhir penyusunan laporan ini.
e. Ayah dan bunda tercinta yang tak pernah berhenti berdoa dan memberi dukungan.
f. Teman-teman seangkatan yang turut membantu melengkapi dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari dalam penulisan laporan ini jauh dari sempurna.Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan kualitas laporan dan kebaikan kita bersama. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Desember 2008
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Praktikum
C. Waktu Dan Tempat Praktikum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
B. Kinetika Reaksi
C. Sifat Koligatif Larutan
D. Kesetimbangan Kimia
E. Penentuan Massa Rumus Zat
F. Identifikasi Anion Kation
G. Penentuan Kesadahan
BAB III MATERI DAN METODE
A. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
B. Kinetika Reaksi
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
a. Alat
b. Bahan
C. Sifat Koligatif Larutan
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
D. Kesetimbangan Kimia
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
E. Penentuan Massa Rumus Zat
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
F. Identifikasi Anion Kation
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
G. Penentuan Kesadahan
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
1. Hasil
2. Pembahasan
B. Kinetika Reaksi
1. Hasil
2. Pembahasan
C. Sifat Koligatif Larutan
1. Hasil
2. Pembahasan
D. Kesetimbangan Kimia
1. Hasil
2. Pembahasan
E. Penentuan Massa Rumus Zat
1. Hasil
2. Pembahasan
F. Identifikasi Anion Kation
1. Hasil
2. Pembahasan
G. Penentuan Kesadahan
1. Hasil
2. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pembuatan Larutan 0,1 N HCl .................................
Tabel 1.2 Standarisasi HCl dengan Borax
Tabel 1.3 Penentuan Kadar Na2CO3
Tabel 2.1 Hubungan Konsentrasi HCl dengan 1/t.
Tabel 2.2 Hubungan (Konsentrasi)2 HCl dengan 1/t
Tabel 3.1 Data Pengamatan Kenaikan Titik Didih Pelarut dan Titik Didih Larutan
Tabel 4.1 Pengamatan Hasil Absorbansi
Tabel 4.2 Nilai Konsentrasi Awal dengan Konsentrasi Setimbang
Tabel 4.3 Nilai Konstanta Setimbang
Tabel 5.1 Pengamatan Terhadap Krus
Tabel 6.1 Data Pengamatan Identifikasi Ion Al3+
Tabel 6.2 Data Pengamatan Identifikasi Ion SO42-
Tabel 7.1 Kesadahan Sementara
Tabel 7.2 Kesadahan Permanen/Tetap
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Tingkat 1 dengan 1/t
Gambar 2.2 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Tingkat 2 dengan 1/t
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
Dunia pertanian mempunyai keterkaitan erat dengan larutan. Pada dasarnya larutan adalah campuran yang homogen dapat berupa gas, cair maupun padat. Larutan terdiri atas dua komponen penting yaitu pelarut (solvent) yang memiliki proporsi lebih besar dan zat terlarut ( solut ) yang proporsinya lebih kecil. Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai jumlah solut yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara antara lain molaritas (jumlah mol solut dalam 1 liter larutan), molalitas (jumlah mol solut per 1000 gr pelarut), normalitas (jumlah gr ekuivalen solut dalam 1 liter larutan) dan sebagainya.
Dalam dunia pertanian larutan sangat berguna misalnya untuk pembuatan pupuk dan pestisida. Dalam hal ini konsentrasi yang tepat sangatlah diperlukan dalam pembuatan pupuk dan pestisida. Karena jika salah dalam penentuan konsetrasi bisa-bisa tanaman yang diberikan pupuk atau pestisida akan mati, selain itu juga dapat menyebabkan kerusakan tanah. Sehingga peranan teori tentang pembuatan larutan dan standarisasinya sangat penting untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembuatan larutan.
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan. Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan, maka perlu dilakukan standarisasi. Larutan standart selanjutnya biasa digunakan dalam proses analisis kimia dengan metode titrasi asam basa. Prinsip prosedur ini adalah untuk menentukan jumlah asam maka ditambahkan asam dalam jumlah yang ekuivalen atau sebaliknya. Proses titrasi diakhiri bila telah mencapai titik ekuivalen, yaitu titik dimana penambahan sedikit titran akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar.
Titik titrasi biasanya ditandai dengan perubahan warna indicator pH. Indikator adalah molekul pewarna yang warnanya tergantung pada konsentrasi H2O. Indikator ini sesungguhnya merupakan asam lemah atau basa lemah yang konjugasinya menjadi asam-basa menyebabkan perubahan warna.
2. Kinetika Reaksi
Kinetika kimia adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari bagaimana suatu reaksi berlangsung. Dalam kinetika kimia dibicarakan tentang laju reaksi dan mekanisme reaksi. Laju reaksi dapat digunakan untuk mengetahui seberapa cepat suatu reaksi berlangsung. Sedangkan, mekanisme reaksi dipakai untuk menerangkan melalui langkah-langakh mana suatu reaktan bisa berubah menjadi produk.
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi zat yang ikut dalam reaksi tersebut per satuan waktu. Laju reaksi suatu reaksi kimia adalah berbanding terbalik terhadap waktu dan berbanding lurus dengan konsentrasi. Dari berbagai percobaan ternyata laju reaksi tidak selalu merupakan fungsi linier dari konsentrasi dari zat peraksi.
Prinsip stoikiometri memungkinkan kita untuk menghitung jumlah zat yang dapat dihasilkan oleh suatu reaksi kimia. Hal ini banyak dimanfaatkan oleh berbagai macam industri. Pada suatu industri mungkin akan menggunakan suatu reaksi yang cepat dan dapat menghasilkan produk yang banyak. Tetapi ada pula industri yang tidak menginginkan suatu reaksi berlangsung cepat, karena dapat menimbulkan ledakan atau yang sejenisnya.
Kasus-kasus demikianlah yang dapat menyebabkan adanya kebutuhan untuk mengukur atau meramalkan laju reaksi kimia. Semua masalah tersebut merupakan bagian dari cabang ilmu kimia yaitu kinetika reaksi. Peramalan suatu laju reaksi kimia di dasarkan pada persamaan matematik yang disebut hukum kecepatan. Kecepatan suatu reaksi dipengaruhi oleh beberapa hal seperti suhu, tekanan, konsentrasi, volume, katalis dan sifat zat tersebut.
3. Sifat Koligatif Larutan
Larutan terdiri atas dua macam komponen utama yaitu zat pelarut dan zat terlarut.. Larutan memiliki sifat yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dan tidak tergantung jenis partikelnya. Jika dalam suatu zat pelarut dimasukkan zat lain yang tidak mudah menguap (volatile), maka tenaga bebas pelarut tersebut akan turun. Penurunan tenaga bebas ini menurunkan keinginan zat pelarut berubah menjadi fase uapnya, sehingga tekanan uap dalam larutan akan lebih rendah dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni. Sifat koligatif larutan meliputi empat macam yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku , dan tekanan osmotik .
Penurunan tekanan uap merupakan selisih antara tekanan uap larutan dengan tekanan uap pelarut. Kenaikan titik didih merupakan selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut, titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar. Osmosis merupakan peristiwa suatu pelarut murni ke suatu larutan atau bergeraknya suatu pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat melalui membran semi permeable. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita pasti selalu menggunakan larutan, misalnya larutan ketika kita membuat minuman dengan gula ataupun sirup.
Berdasarkan sifat larutan yang dimiliki, larutan dapat digolongkan menjadi larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Perbedaan dari kedua larutan tersebut yaitu pada larutan elektrolit terdapat ion positif (kation) dan ion negatif (anion), dalam larutan non elektrolit tidak terdapat ion-ion tersebut. Yang termasuk dalam larutan elektrolit yaitu: asam, basa dan garam. Sedangkan yang termasuk non elektrolit contohnya adalah gula.
Pada praktikum acara III dapat kita diketahui peristiwa perubahan titik didih larutan dan bobot molekul, yang mempunyai peranan sangat penting dalam sifat kologatif larutan. Selain itu kita juga dapat mempelajari sifat-sifat koligatif larutan.
4. Kesetimbangan Kimia
Di dalam reaksi kimia ada reaksi dimana zat-zat pereaksi bereaksi sempurna atau zat-zat hasil reaksi tidak dapat bereaksi kembali untuk membentuk zat-zat pereaksi, yang disebut reaksi kesudahan atau reaksi irreversibel ( tidak dapat balik ). Tetapi ada juga reaksi yang zat-zat hasil reaksinya dapat bereaksi atau terurai kembali membentuk zat-zat pereaksi, reaksi semacam ini disebut reaksi kesetimbangan atau reversible. Reaksi jenis kedua inilah yang kita gunakan dalam praktikum kali ini.
Pengetahuan tentang reaksi kesetimbangan ini sangat penting, antara lain di bidang industri yang menggunakan reaksi kimia. Karena di dalam reaksi kesetimbangan, reaksi dapat kita geser ke arah yang kita inginkan. Kesetimbangan kimia juga diterapkan dalam industri di bidang pertanian, yaitu dalam pembuatan amoniak dengan proses Haberbosch serta pembuatan asam sulfat melalui proses kontak.
Untuk menyatakan hubungan antara konsentrasi zat-zat pada keadaan setimbang, dinyatakan dengan tetapan kesetimbangan. Dan pada percobaan kali ini ®kita akan menentukan tetapan kesetimbangan dari reaksi KCNS + Fe(NO3)3 Fe(CNS)3 + KNO3. Harga tetapan kesetimbangan ini memberikan petunjuk tentang banyaknya hasil reaksi yang dapat terbentuk pada suatu reaksi kesetimbangan.
Usaha untuk memperbesar zat-zat hasil reaksi adalah dengan pengubahan konsentrasi zat, pengubahan volume gas atau tekanan gas, dan pengubahan suhu dalam praktikum ini akan dipelajari pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap reaksi kesetimbangan.
5. Penentuan Massa Rumus Zat
Senyawa adalah gabungan dari beberapa unsur dengan reaksi kimia tertentu. Setiap senyawa mempunyai massa melekul yang berbeda-beda dengan massa melekul yang lain, karena massa melekul ini tergantung besarnya massa atom dari masing-masing atom penyusunannya. Dasar teori dari praktikum ini adalah masalah massa atom. Massa atom sering didefinisikan dengan massa atom itu sendiri dibandingkan dengan massa atom yang lain sebagai standart. Dalam hal ini yang digunakan sebagai standar adalah isotop C-12 sesuai dengan hasil perjanjian international tahun 1961. Dapat disimpulkan bahwa massa melekul besarnya tergantung pada massa atom atas unsur-unsur penyusunannya. Massa atom merupakan harga yang relatif. Dengan demikian gabungan dari massa atom relatif disebut dengan massa melekul relatif yang sering ditulis dengan lambang Mr.
Suatu senyawa mempunyai dua macam rumus, yaitu rumus molekul dan rumus empiris, yang disebut rumus molekul adalah rumus yang menyatakan jumlah atom-atom dari unsur yang menyusun suatu melekul senyawa. Rumus empiris adalah rumus suatu senyawa yang diringkas menjadi yang paling sederhana. Untuk menentukan massa rumus suatu zat dapat dilakukan dengan perbandingan massa masing-masing unsur yang menyusunnya. Dari data tersebut kita dapat menentukan perbandingan mol dari masing-masing unsur tersebut. Angka-angka perbandingan mol itulah yang merupakan angka-angka rumus suatu zat.
Penentuan massa atom dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut dengan spektrotometer massa. Prinsip yang digunakan adalah stoikiometri, selain itu cara lain yang digunakan dalam penentuan massa atom ini adalah dengan metode gravimetri untuk zat-zat tertentu yang bisa terbakar. Dalam dunia pertanian juga digunakan berbagai zat kimia, seperti petstisida, pupuk, herbisida, dan lain-lain. Cara yang paling tepat adalah dengan metode gravimetri karena lebih mudah dan tidak memerlukan ketrampilan khusus untuk mengerjakannya.
Pada percobaan kali ini kita akan mencoba menentukan massa rumus suatu hidrat. Prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah menentukan jumlah air kristal yang dikandung garam hidrat kupri sulfat. Dengan cara menghilangkan air yang dikandung oleh hidrat dengan pemanasan (oven) sehingga terbentuk garam antihidrat.
6. Identifikasi Anion Kation
Larutan elektrolit bila dimasukkan ke dalam air akan terurai menjadi ion-ion. Ion adalah atom atau gugus atom yang bermuatan listrik. Ada dua jenis ion yaitu kation dan anion. Kation adalah ion yang bermuatan positif, contohnya Ca+, Na+, Ag+, dan K+. sedangkan anion adalah ion yang bermuatan negatif, contohnya CL-, Br-, dan I-.
Pemisahan anion dan kation dalam suatu larutan dapat dilakukan dengan reaksi pengendapan yaitu dengan prinsip analisa kualitatif. Pada analisa tersebut kation mula-mula dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan senyawa. Pemisahan dan pengkajian lebih lanjut dilakukan dalam tiap golongan.
Dua kation yang larut membentuk endapan ini sama dengan kelarutan yang cukup berbeda dapat dipisahkan dengan pengendapan selektif, yang dilakukan dengan pemilihan seksama dari konsentrasi anion yang dibutuhkan, yang seringkali dapat dikendalikan dengan memanfaatkan pengaruh ion sekutu. Tetapan keseluruhan untuk menambah sederet ligan disebut tetapan kestabilan.
Untuk mengetahui ada tidaknya kation dan anion dalam suatu larutan, maka kita dapat menggunakan suatu analisa, yaitu analisa kuantitatif. Analisa kuantitatif mengacu pada seperangkat prosedur laboratorium yang dapat digunakan untuk memindahkan dan menguji adanya ion dalam larutan. Analisa ini dikatakan kuantitatif karena adanya penentuan jenis ion yang ada dalam campuran. Analisa tak harus selalu menyatakan senyawa yang menghasilkan ion atau banyak ion (kuantitatif). Dibandingkan dengan seperangkat prosedur laboratorium lainnya, analisa kuantitatif menggambarkan keseluruhan konsep pertimbangan.
Pengetahuan mengenai identifikasi kation dan anion dalam dunia pertanian berguna untuk pembuatan pupuk, media tanaman hidrolik dan pestisida. Dalam ketiga hal tersebut diperlukan kation dan anion yang seimbang. Selain itu ion-ion dapat ditemukan dalam tubuh. Misalnya ion Cu2+ dalam hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel sel-sel tubuh, ion CO2+ yang berfungsi dalam sintesis protein dari asam-asam amino.
7. Penentuan Kesadahan
Kesadahan sementara air disebabkan oleh kalsium dan magnesium dari karbonat dan bikarbonat, sedangkan kesadahan permanen atau kesadahan tetap disebabkan oleh garam kalsium sulfat dan klorida. Penentuan kesadahan sementara dengan cara titrasi langsung dengan standar H2SO4 dengan menggunakan indikator methil orange. Penentuan kesadahan tetap/ permanen dengan cara menghitung banyak NaOH dan sodium karbonat yang diperlukan untuk mengendapkan sulfat yang ada dalam sampel
B. Tujuan Praktikum
1. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
Dari praktikum ini dapat mengetahui tujuannya antara lain :
a. Membuat larutan 0,1 HCl
b. Standarisasi Hcl dengan Bonax
c. Penentuan kadar Na2CO3 dengan HCl
2. Kinetika Reaksi
Praktikum kinetika reaksi bertujuan untuk menentukan tingkat reaksi logam Mg dengan larutan HCl.
3. Sifat Koligatif Larutan
Tujuan dari praktikum acara III ”Sifat Koligatif Larutan” adalah sebagai berikut :
a. Menentukan perubahan titik didih larutan
b. Menentukan BM (MR) zat non volatile
4. Kesetimbangan Kimia
Tujuan Praktikum acara IV Keseimbangan Kimia adalah untuk menentukan hukum kesetimbangan dan tetapan kesetimbangan.
5. Penentuan Massa Rumus Zat
Tujuan praktikum acara II ini adalah menentukan massa rumus hidrat.
6. Identifikasi Anion Kation
Praktikum acara Identifikasi Kation dan Anion ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui larutan untuk identifikasi ion Al3+ dan SO42-.
b. Mengetahui perbedaan larutan pekat dan larutan encer untuk identifikasi ion Al3+ dan SO42-.
7. Penentuan Kesadahan
Tujuan dari diadakannya praktikum acara VII. Penentuan Kesadahan Sementara dan Kesadahan Tetap yaitu menghitung banyaknya NaOH dan Sodium Karbonat yang diperlukan untuk mengendapkan sulfat yang ada pada sampel.
C. Waktu Dan Tempat Praktikum
1. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
Praktikum acara I ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Kinetika Reaksi
Praktikum acara II ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Nutrisi Dan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Sifat Koligatif Larutan
Praktikum acara III ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Nutrisi Dan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Kesetimbangan Kimia
Praktikum acara III ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Nutrisi Dan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Penentuan Massa Rumus Zat
Praktikum acara III ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Nutrisi Dan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Identifikasi Anion Kation
Praktikum acara II ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Nutrisi Dan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Penentuan Kesadahan
Praktikum acara II ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Nutrisi Dan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
Pada saat berbicara masalah larutan, kita pasti berbicara juga tentang solvent atau pelarut, dimana jumlahnya lebih besar dan solut atau zat terlarut yang jumlahnya lebih kecil. Hal ini sudah biasa namun tidak selalu dapat diikuti, kadang pelarutnya mempunyai jumlah lebih kecil dari terlarutnya dalam beberapa kasus. Larutan H2SO4 contoh dari kasus ini. Kita menemukan bahwa air sebagai pelarut walaupun kuantitasnya kurang dari H2SO4 ( Woller dan Jerome, 1996 ).
Komponen dan sifat cairan baru ini, yaitu larutan berbeda dari air murni. Larutan adalah campuran karena terdiri dari dua zat atau lebih. Larutan ini homogen karena sifatnya diseluruh cairan, campuran air dan pasir adalah campuran heterogen larutan ( Petrucci, 1995 ).
Proses standarisasi diperlukan untuk mengetahui besar konsentrasi sesungguhnya dari larutran yang dihsilkan. Cara yang digunakan bermacam – macam, yaitu misalnya titrasi dapat digunakan jika konsentrasinya diketahui. Standarisasi secara titrasi dapat digunakan dengan bahan baku primer yakni bahan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan murni yang dilarutkan dalam volume larutan yang terjadi. Larutan yang dibuat dari bahan baku primer disebut larutan bahan baku primer ( Harjadi, 1997 ).
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunya tidak dapat dibedakan secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasi), larutan dibedakan dalam larutan elektrolit dan nnon elektrolit ( Anonim, 2000 ).
Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom, maupun ion dari dua zat atau lebih suatu larutan disebut campuran karena susunannya dapat diubah – ubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati bagian – bagian yang berlainan bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran heterogen permukaan – permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian – bagian atau fase – fase yang terpisah ( Pudjaatmaka, 1999 ).
B. Kinetika Reaksi
Laju reaksi tergantung pada banyaknya tumbukan antara molekul-molekul zat-zat yang bereaksi dan prosentase tumbukan yang efektif. Banyaknya tumbukan ditentukan oleh konsentrasi, suhu, keadaan kekasaran zat yang homogen atau heterogen. Sedangkan pada prosentase tumbukan yang efektif ditentukan oleh afinitas katalis dan dipengaruhi pula oleh suhu (Pringgomulyo, 1983).
Suatu laju reaksi ditentukan oleh sifat-sifat dari senyawa yang bereaksi, suhu serta konsentrasi dari reaktan-reaktan yang ada. Suhu yang meningkat akan diikuti atau akan menyebabkan kecepatan reaksi akan semakin cepat. Berdasarkan kenyataan yang ada, terdapat beberapa reaksi yang apabila terjadi kenaikan suhu 100ÂșC dapat meningkatkan laju reaksi sebesar dua kali lipat atau bahkan dapat lebih dari dua kalinya. Bila konsentrasi meningkat akan dapat pula mempercepat laju reaksi, akan tetapi beberapa reaksi ordo nol, konsentrasi tidak berpengaruh. Hal ini dikarenakan sifat reaksi tersebut jika ditambah suatu apapun reaksi tidak dapat dipercepat (Sukarjo, 1983).
Kecepatan reaksi adalah cepatnya zat yang bereaksi itu berkurang atau dapat diukur dengan cepatnya hasil reaksi yang timbul. Kecepatan ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain konsentrasi zat-zat yang bereaksi, temperatur campuran reaksi, macam zat dan adanya katalisator positif. Biasanya reaksi antara ion dengan ion (reaksi metatesis) yang tidak bersifat oksidasi-reduksi, berjalan sangat cepat (instant dan neous) (Haryadi Et al, 1975).
Menurut hukum aksi massa, laju reaksi kimia pada suhu tertentu dinyatakan sebagai banyaknya zat yang berekasi persatuan waktu, bergantung hanya pada konsentrasi zat yang mempengaruhi lajunya. Zat yang mempengaruhi laju biasanya adalah suatu zat pereaksi atau lebih, kadang-kadang salah satu hasil reaksi dan kadang-kadang suatu katalis yang tidak muncul dalam persamaan kimia menyeluruh yang diseimbangkan. Ketergantungan laju pada konsentrasi sebagai keseimbangan langsung, dimana konsentrasi muncul dalam pangkat nol, satu atau dua. Pangkat konsentrasi ini disebut ordo reaksi terhadap zat itu (Rosenberg, 1992).
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau produk dalam suatu satuan waktu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol perliter, tetapi untuk reaksi fase gas, suatu tekanan atmosfir, millimeter merkurium atau pascal dapat digunakan sebagai ganti konsentrasi. Satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, ataupun tahun tergantung pada apakah reaksi itu cepat atau lambat (Keenan, Et al, 1990).
C. Sifat Koligatif Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua zat atau lebih. Keadaan fisik larutan dapat berupa gas, cair, atau padat dengan perbandingan yang berubah- ubah pada jarak yang luas, dimana tidak hanya zat cair saja (Sukarjo, 1994).
Tf, larutan tidakDTd, DP, DBesarnya tergantung pada jenis zat terlarut dan hanya tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut disebut sifat koligatif larutan. Larutan yang TfDTd, dan DP, Dmengalami dioksidasi maka besarnya dipengaruhi oleh derajat ionisasi larutan (Suryanto, 1999).
Pelarut murni akan dapat mendidih bila tekanan uap jenuh pada permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar. Untuk sistem terbuka, tekanan udara luar yang dimaksud adalah tekanan atmosfer atau 76 mmHg Karena zat terlarut non volatile mengurangi tekanan uap maka diharapkan akan terjadi peningkatan titik didih apabila ke dalam pelarut murni dimasukkan zat non volatile (Bird, 1993).
Suhu dimana larutan mendidih selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murni jika zat pelarutitu relatif tidak menguap. Dalam larutan encer, kenaikan titik didih berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut di dalam massa tertentu pelarut (Rosenberg, 1992).
Sifat-sifat koligatif larutan dipengaruhi oleh zat itu berinteraksi pada tingkat molekul. Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut, sifat larutan itu berbeda dari pelarut murni. Sejauh mana sifat suatu larutan berubah jika dibandingkan dengan sifat pelarut murni dinyatakan dalam hukum koligatif. Hukum tersebut berbunyi bahwa selisih tekanan uap, titik beku dan titik didih larutan dengan tekanan uap, titik beku dan titik didih pelarut murni berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut (Keenan, 1990).
D. Kesetimbangan Kimia
Reaksi kimia yang digerakkan dalam pemeriksaan kimia seringkali berlangsung secara bolak-balik. Jalannya reaksi bergantung pada keadaan luar sepertikadar zat yang bereaksi, suhu, dan sebagainya. Dalam pemeriksaan kimia, jenis, dan zat kimia yaitu reaksi asam basa, biasanya digunakan reaksi pembentukan, reaksi pengendapan, dan reaksi redoks (Rivai, 1995).
Subjek kimia dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu sistem kesetimbangan dan perubahan fisika atau kimia. Untuk mengetahui bagaimana suatu perubahan itu berlangsung harus didasarkan pada teori kesetimbangan. (Laider, 1996).
Reaksi kimia berlangsung dengan kecepatan tertentu ada reaksi yang sangat cepat berlangsung misalnya reaksi ion. Akan tetapi banyak reaksi baik untuk senyawa organik atau anorganik yang berlangsung dalam kecepatan yang dapat diukur pada suhu yang memungkinkan. Dalam laporan tentang laju reaksi diukur sehingga laju reaksi dan mekanisme reaksi. Laju reaksi sehingga berkurangnya zat yang bereaksi atau bertambahnya zat hasil reaksi. Pada umumnya laju reaksi tergantung pada konsentrasi zat yang bereaksi temperatur dan katalis (Anonim, 2005).
Konstanta kesetimbangan reaksi tidak dipengaruhi oleh adanya katalis. Karena sifatnya sangat mempercepat tercapainya keseimbangan. Menurut asas Le Chatelier, sistem pada keseimbangan ini jika diberi gangguan akan memberi respon dengan memaksimalkan efek gangguan tersebut artinya jika tidak diperbesar maka reaksi akan menyesuaikan agar kenaikan itu minimum. (Afkins, 1996).
Transmitasi (T) sering dinyatakan sebagai presentase (% T). Absorbansi (A) suatu larutan dinyatakan sebagai peresamaan A = - log T = log . Berbeda dengan transmitasi, absorbansi larutan bertambah dengan pengurangan kekuatan sinar. Bila ketebalan benda atau konsentrasi materi yang dilewati cahaya bertambah, maka cahaya akan lebih banyak diserap. Jadi absorbansi berbanding lurus dengan ketebalan b dan konsentrasi c, dimana a adalah konstan absortivitas “absortivity” (Hendayana,1996).
E. Penentuan Massa Rumus Zat
Stoikiometri didefinisikan sebagai perhitungan dari jumlah elemen yang ada dalam komponen yang dipisahkan/diproduksi atau dihasilkan oleh sebuah reaksi kimia, atau sebagai cabang dari ilmu kimia yang berhubungan dengan aspek jumlah seluruh kombinasi bahan kimia (Bailar et al, 1995).
Pengukuran spektrometri massa didasarkan pada pengubahan melekul netral menjadi partikel bermuatan melalui benturan dengan elektron berenergi tinggi. Spektrum massa memberi informasi berat melekul yang berguna untuk mengidentifikasi bangun melekul bersama spektrum IR dan MR (Hendrayana, 1994).
Persenyawaan-persenyawaan ionik pada waktu membentuk kristal ada yang membawa serta melekul air ke dalam struktur kristal itu. Persenyawaan yang struktur kristalnya mengandung melekul air disebut hidrat. Hidrat merupakan senyawa murni dimana kondisinya stabil pada suhu tertentu dan kelembaban tertentu/atmosfer (Anwar Nur et al, 1981).
Massa melekul atom sendiri-sendiri biasanya diberikan dalam satuan atomik (sma). Satuan didefinisikan dalam atom karbon normal 12C (yang ditetapkan bersama sebesar 12,000 sma). Karena atom H mempunyai kurang lebih dari massa atom karbon, maka massa atom Hidrogen adalah 1 sma. Massa setiap melekul hidrogen atau adalah 2 sma. Karena tiap melekul terdiri 2 atom hidrogen yang terikat menjadi satu serupa dengan massa atom oksigen (0) adalah 16,00 sma, sedangkan massa melekul oksigen (O2) adalah 32 sma (Cromer, 1994).
Berat melekul suatu zat yang mudah diuapkan dapat ditentukan dengan cara berat jenis uap yang tersedia, terdiri dari penimbang yang tersedia (1 gram) tertentu yang berbentuk uap tadi dan menghitung banyaknya garam yang akan mengisi suatu ruang 22,4 liter. Pada kondisi patokan (suhu dan tekanan yang sesuai dengan standar) cara yang dipakai untuk zat padat adalah didasarkan pada kenyataan pada zat yang dilarutkan menyebabkan titik didih atau titik beku dari zat terlarut/palarut, tergantung langsung dari bagian yang dilarutkan, dibandingkan dengan jumlah melekul (Fieser et al, 1991).
Analisis pembakaran menghasilkan rumus empiris, tetapi belum tentu sebuah rumus melekul. Spektrometri massa adalah metode yang paling mudah untuk menentukan bobot melekul. Sebuah spektrometri massa yang paling sederhana pun mampu memberikan bobot melekul integral sehingga memperkuat rumus empiris dan rumus melekul yang diperoleh dari analisis pembakaran spektrometer massa canggih dengan daya pisah tinggi dapat memberikan bobot melekul yang cukup tinggi/teliti untuk menentukan rumus melekulnya (Sukardjo, 1985).
Spektrometri massa adalah metode paling mudah untuk menentukan BM. sebuah spektrometri massa yang paling sederhana mampu memberi bobot melekul integrasi sehingga memperkuat rumus melekul yang diperoleh dari analisis pembahasan (Stanley, 1988).
Massa atom suatu melekul sendiri biasanya diberikan dalam satuan massa atomik (sma). Satuan didefinisikan dalam atom carbon normal, 12 C yang ditetapkan bersama 12 sma. Karena atom H yang kira-kira mempunyai 1/12 massa atom C. Sebelum di temukan alat spektrofometer massa, untuk menentukan berat atom suatu zat dapat dilakukan dengan cara kimia tersebut. Percepatan yang dilakukan ini adalah setelah satu zara zat kimia tersebut. Dari hukum Dulog dan Petit, didapat hubungan antara bert atom dengan energi panas, panasnya khususnya untuk zat padat Cu, Zn, dan Sn. Mereka memberi kesimpulan bahwa jumlah energi panas yang diperlukan untuk menentukan suhu 1 mol atom suatu unsur adalah 26,3 Joule. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan BA dari suatu unsur partikel (Tony, 1987).
F. Identifikasi Anion Kation
Senyawa yang terbentuk karena adanya serah terima elektron pada atom-atom pembentuknya disebut senyawa elektrovalen atau senyawa ionis dan ikatan pada senyawa tersebut disebut ikatan elektrokovalen atau senyawa ionis. Istilah polar kadang-kadang digunakan juga sebagai pengganti istilsh elektrokovalen. Pada suhu kamar senyawa ionis terdapat bentuk kristal yang disebut kristal ion (Syarifudin, 1994).
Ikatan ion terbentuk oleh pemindahan satu atom yang memberikan satu atau lebih dari elektron terluar ke atom lain yang kehilangan elektron menjadi ion positif (kation) atom yang mendapatkan elektron menjadi ion negatif (anion). Ikatan terjadi tarikan antara ion yang berlawanan (Ralp, 1990).
Kimia analis dapat dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi anion dan kation. Analisis kuantitatif digunakan untuk memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur dengan mengendapakan Hidrogen Sulfida. Analisis kuantitatif berurusan dengan menetapkan banyaknya suatu zat tertentu dalam sampel (Day, 1992).
Ikatan ion terjadi akibat gaya tarik menarik antara ion positif dan ion negatif. Atom yang mempunyai energi ionisasi rendah memberikan ikatan ion dengan atom yang mempunyai afinitas elektron tinggi atau antara atom-atom yang mempunyai kelektronegatifan yang tinggi. Jika struktur ion stabil dan muatan ion kecil mengakibatkan atom dengan mudah membentuk suatu ion (Brady, 1990).
Karena ion-ion yang muatanya berlawanan saling tarik menarik, maka kation dan anion tidak terdistribusi secara seragam dalam larutan. Anion lebih mungkin ditemukan di dekat kation dan sebaliknya. Secara keseluruhan muatan larutan adalah netral, tapi didekat ion tertentu ada kelebihan ion lawannya. Di rata-rata pada saat ion itu bergerak ke segala arah (Karyohadiprojo, 1994).
Pengendapan suatu padatan dapat digunakan untuk menentukan komposisi suatu zat secara tepat. Di dalam melakukan percobaan pengendapan, harus sesempurna mungkin. Artinya bahwa hanya dari sebagian kecil saja yang tersisa dalam larutan. Dalam pemurnian endapan melalui pencucian, kadang-kadang digunakan larutan pencuci yang banyak mengandung ion senama, bukan sekedar air murni. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kelarutan dari endapan tersebut. Teknik lain yang dapat lebih dipahami melalui prinsip-prinsip kesetimbangan larutan ialah pengendapan sebagian. Istilah ini mengacu pada suatu keadaan dengan dua atau lebih ion dalam larutan, yang masing-masing dapat diendapkan oleh pereaksi yang sama, dan dipisahkan oleh reaksi tersebut. Jelasnya salah satu ion mengendap, sedangkan ion yang lain tetap dalam larutan. Syarat utama untuk keberhasilan pengendapan reaksi adalah adanya perbedaan nyata dalam kelarutan senyawa-senyawa yang dipisahkan (Petrucci, 1992).
G. Penentuan Kesadahan
Kesadahan adalah proses pengendapan memungkinkan kalsium bereaksi dengan magnesium dalam laut. Akibat reaksi itu kalsium akan mengalami pengendapan di laut dibandingkan magnesium. Kalsium adalah unsur kunci dalam banyak proses geokimia. Ion kalsium bersama-sama dengan magnesium, dan terkadang ion ferro juga ikut berperan dalam kesadahan air. Sebagai akibat umum yang ditimbulkan dari kesadahan adalah terbentuknya endapan berupa lendir oleh sabun air sadah. Kesadahan sementara adalah kesadahan yang disebabkam oleh adanya ion-ion kalsium dan bikarbonat dalam air dan dapat dihilangkan dengan cara mendidihkan air, sehingga terbentuk reaksi kebalikan dari persamaan. Di perairan tawar, kesadahan yang terbentuk jika berasosiasi dengan ion-ion sulfat akan terbentuk kesadahan permanen, dimana tidak akan hilang saat pemanasan atau proses penguapan (Rompas, 1998).
Suatu endapan cenderung mengabsorbsi dengan paling mudah ion-ion yang membentuk senyawa tak dapat larut dengan salah satu ion dalam kisi. Ion perak atau klorida akan lebih mudah diserap oleh endapan perak klorida daripada ion natrium dan nitran (Day, 1992).
Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Kesadahan total tersebut juga ditentukan dengan menjumlah ion Ca2+ dan ion Mg2+ yang dianalisa secara terpisah, misalnya dengan metoda Atomic Absorbtion Spectrophotometry (AAI) (Santika, 1984).
Air permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti : Na, Mg, Ca, dan Fe. Air yang mengandung komponen tersebut dalam jual beli disebut air sadah. Hal itu menunjukkan bahan air yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi merupakan air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan tertentu (Kristanto, 2002).
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air kesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan dapat dibagi dalam 2 tipe, yaitu kesadahan umum dan kesadahan karbonat selain 2 tipe tersebut dikenal tipe kesadahan lain yaitu kesadahan total yang merupakan penjumlahan dari kesadahan umum dan kesadahan karbonat (Anonim, 2006).
Air sadah juga tidak menguntungkan pada proses pencucian yang menggunakan sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-mula sabun harus bereaksi lebih dulu dengan setiap ion Ca2+ dan Mg2+ yang terdapat di dalam air sebelum sabun dapat berfungsi menemukan tegangan permukaan. Hal ini bukan saja akan banyak memboroskan penggunaan sabun, tetapi gumpalan-gumpalan yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis pada alat-alat yang dicuci sehingga mengganggu proses pembersihan dan pembilasan oleh air (Achmad, 2004).
Kesadahan pada prinsipnya adalah terkontaminasinya dengan unsur kation seperti Na, Mg, Ca, dan sebagainya. Di alam, kesadahan yang paling tinggi terdapat di air laut dan sungai pada daerah batuan kapur (Anonim, 2004).
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air kesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu kesadahan umum dan kesadahan karbonat selain dua tersebut dikenal tipe kesadahan lain yaitu kesadahan total yang merupakan penjumlahan dari kesadahan umum dan kesadahan karbonat (Anonim, 2005).
BAB III MATERI DAN METODE
A. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
1. Materi
a. Alat
- Gelas ukur
- Labu takar
- Erlenmeyer
- Pengaduk
- Pipet
- Biuret
- Statif
- Corong
- Gelas
- Arloji
- Gelas piala
b. Bahan
- HCl 0,1 N
- Na2B4O7.10 H2O 0,4 gr
- Na2CO3 0,75 gr
- Indikator methil orange
2. Metode
a. Pembuatan larutan HCl 0,1 N
a. 1. Membuat larutan HCl dari larutan HCl pekat dan volume yang dibutuhkan adalah :
Rumus : x =
dimana : V = Volume HCl
K = BJ HCl = 1,19 gr/ml
L = Kadar HCl pekat (%)
a. 2. Mengambil X ml HCl pekat, kemudian dimasukkan dalam labu takar 100 ml
a. 3. Menambah aquades sampai tanda garis
a. 4. Mengocok sampai homogen
a. 5. Memindahkan ke Erlenmeyer
b. Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax
Na2B4O7.10 H2O + 2 HCl 2 NaCl + 4 H3BO3 + 5 H2O
1 gr ek = 2 gr mol
b. 1. Mengambil 0,4 gr Borax
b. 2. Masukkan ke Erlenmeyer
b. 3. Melarutkan dengan 50 ml aquades
b. 4. Menambahkan 2-3 tetes indikator mo
b. 5. Menitrasi dengan HCl sampai ada perubahan warna
b. 6. Menghitung Normalitas (N) HCl dengan rumus
Rumus : N =
c. Menentukan kadar Na2CO3
Kadar =
c. 1. Menimbang 0,75 gram Na2CO3
c. 2. Masukkan dalam labu takar 50 ml ditambah aquadest sampai menjadi larutan Na2CO3
c. 3. Mengambil 10 ml larutan Na2CO3 kemudian ditetesi 2-3 tetes indikator mo ditaruh pada erlenmeyer
c. 4. Mentitrasi dengan 0,1 N HCl hasil pembuatan larutan HCl 0,1 N
c. 5. Mencari kadar Na2CO3 (%)
B. Kinetika Reaksi
1. Materi
a. Alat
- Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Stopwatch
- Pipet
- Tabung reaksi
-
b. Bahan
- Potongan pita Mg 6 potong @ 2 cm
- Larutan HCl 1,0 M; 1,2 M; 1,4 M; 1,6 M; 1,8 M dan 2 M @10 ml.
2. Metode
a. Menyediakan 6 potong pita Mg dengan panjang masing-masing 2 cm.
b. Menyediakan larutan HCl 1,0 M; 1,2 M; 1,4 M; 1,6 M; 1,8 M dan 2 M, masing-masing 10 ml.
c. Memindahkan 10 ml larutan HCl 2 M ke dalam erlenmeyer 50 ml dan masukkan 1 potongan pita Mg
d. Mencatat waktu mulai dari memasukkan pita sampai reaksi selesai (pita habis).
e. Mengulangi percobaan ini dengan larutan HCl yang lain.
f. Mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan.
g. Menggambarkan grafik hubungan antara konsentrasi dengan dan (konsentrasi)2 terhadap .
h. Menenetukan tingkat / orde reaksinya.
C. Sifat Koligatif Larutan
1. Materi
a. Alat
- Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Gelas arloji
- Penjepit
- Pipet
- Stopwatch.
- Termometer
- Waterbath
b. Bahan
- Aquadest 75 ml
- Zat non volatile (urea) 5 gram
2. Metode
a. Menyiapkan dua erlenmayer berisi masing-masing 75 ml aquadest.
b. Melarutkan 5 gram urea dalam salah satu erlenmayer yang telah berisi 75 ml aquadest.
c. Memasukan kedua erlenmayer tersebut ke dalam waterbath dengan menggunakan penjepit selama tiga puluh menit.
d. Mengukur suhu mulai dari 0, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit dengan menggunakan termometer dari kedua erlenmayer tersebut dengan teliti.
td).De. Menentukan perubahan titik didih larutan (
f. Menentukan masa rumus (BM) urea.
D. Kesetimbangan Kimia
1. Materi
a. Alat
- Tabung reaksi
- Beker glass 50 ml
- Pipet
- Gelas ukur
- Spektrofotometer
b. Bahan
- Aquades
- Larutan KCNS 0,002 M
- Larutan Fe(NO3)3 0,2 M
2. Metode
a. Menyiapkan 5 buah tabung reaksi (beri label 1-5).
b. Memasukkan larutan KCNS 0,002 M masing-masing 5 ml.
c. Memasukkan larutan Fe(NO3)3 0,2 M 5 ml pada tabung satu, jadikan sebagai larutan standar.
d. Memasukkan larutan Fe(NO3)3 0,2 M 10 ml ke dalam baker glass kemudian menambahkan aquades hingga volume 25 ml jadikan larutan d.
e. Memasukkan larutan d 5 ml ke dalam tabung 2 yang telah diisi KCNS 0,002 M 5 ml.
f. Memasukkan larutan d 10 ml ke dalam baker glass kemudian menambahkan aquadest sehingga volume menjadi 25 ml jadikan sebagai larutan f.
g. Memasukkan 5 ml larutan f ke dalam tabung 3 yang telah berisi KCNS 0,02 M 5 ml.
h. Ulangi percobaan seperti langkah-langkah diatas sampai dengan tabung 5.
E. Penentuan Massa Rumus Zat
1. Materi
a. Alat
- Neraca Listrik
- Krus
- Penjepit Krus
- Oven
- Eksikator
b. Bahan
- Hidrat Kupri Sulfat (C4SO4.xH2O) 0,2 gram.
2. Metode
a. Menimbang kurs kosong dengan tutup
b. Menimbang 2 gr hidrat kupri sulfat dan memasukkan dalam kurs.
F. Identifikasi Anion Kation
1. Materi
a. Alat
- Tabung
- Pipet
- Gelas ukur
b. Bahan
- Larutan Al2(SO4)3¬¬
- NaOH
- NH3¬¬
- Al2(SO4)3¬¬ . 18 H2O
- PaCl2
- HCl pekat dan encer
- HNO3 pekat dan encer
2. Metode
a. Identifikasi ion Al3+
a.1. Mengambil larutan Al2(SO4)3 sebanyak 3 ml untuk setiap tabung.
a.2. Menambahkan 8 tetes NaOH pada tabung pertama Al2(SO4)3 sampai terbentuk endapan.
a.3. Menambahkan larutan NaOH berlebih sebanyak 5 tetes dan mengamati perubahan yang terjadi.
a.4. Menambahakan 8 tetes larutan amoniak pada tabung kedua larutan Al2(SO4)3 3 ml sampai terbentuk endapan.
a.5. Menambahkan amoniak berlebih sebanyak 5 tetes ke dalamnya dan mengamati perubahan yang terjadi.
a.6. Membandingkan hasil pada tiap tabung.
b. Identifikasi ion SO42-
b.1. Menambahkan larutan Al2(SO4)3 sebanyak 3 ml ke dalam 4 tabung.
b.2. Menambahkan larutan Barium Klorida (BaCl2) 3 ml ke masing-masing tabung.
b.3. Menambahkan larutan HCl pekat pada tabung 1 sebanyak 2 tetes.
b.4. Menambahkan larutan HNO3 pekat pada tabung 2 sebanyak 2 tetes.
b.5. Menambahkan larutan HCl encer pada tabung 3 sebanyak 2 tetes.
b.6. Menambahkan larutan HNO3 encer pada tabung 4 sebanyak 2 tetes.
b.7. Mengamati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi.
G. Penentuan Kesadahan
1. Materi
a. Alat
- Gelas Ukur
- Neraca Analitik
- Pengaduk magnetik
- Penangas Air
- Pipet
b. Bahan
- Larutan Standar H2SO4 0,02 N dan 0,1 N
- Larutan Standar NaOH 0,1 N
- Larutan Standar Na2CO3 0,1. Memanaskan sodium karbonat anhidrat dalam cawan platina di atas nyala api merah. Dinginkan dan timbang 5,3 gr dan larutkan dalam 1 liter aquadest.
- Indikator methil orange dan fenolphthalien 0,1 % (0,1 gr indikator dilarutkan dalam 100 ml ethanol 78 %).
2. Metode
a. Penentuan Kesadahan Sementara
a.1. Mengambil 100 ml sampel dengan pipet dan masukkan ke dalam erlenmeyer
a.2. Menambahkan 2-3 tetes indikator methil orange, kemudian titrasi dengan asam sulfat standard 0,02 N sampai warna merah timbul. 1 ml H2SO4 0,01 N = 0,002 gr CaCO3
b.1. Perhitungan :
Kesadahan =
b. Penentuan Kesadahan Permanen
b.1. Masukkan 100 ml air dan masukkan dalam erlenmeyer kemudian didihkan untuk menghilangkan CO2.
b.2. Menambahkan 10 ml NaOH 0,1 N, 10 ml Na2CO3 0,1 N, kocok dan uapkan di atas penganas air mendidih sampai 40 ml.
b.3. Dinginkan dan disaring, mengumpulkan filtratnya dalam labu takar 100 ml.
b.4. Membilas residu dengan kertas saring dengan aquadest bebas CO2 sampai bebas alkali, dapat diuji dengan indikator fenolphthalien kemudian membuat volume filtratnya 100 ml.
b.5. Mengambil filtrat 50 ml dengan pipet dan masukkan ke dalam erlenmeyer dan menambahkan 2-3 tetes indikator methil orange.
b.6. Mentitrasi dengan standart H2SO4 0,1 N sampai timbul warna merah (T (2,3 ml)).
b.7. Buatlah perlakuan Blanko :
- Mengambil 10 ml NaOH 0,1 N 10 ml NaCO3 0,1 N
- Masukkan dalam labu takar 100 ml dan encerkan dengan aquadest bebas CO2 sampai tanda.
- Mengambil 10 ml dan menambahkan 2-3 tetes indiator methil orange dan titrasi dengan H2SO4 0,1 N sampai timbul warna merah (B (3 ml))
1 ml H2SO4 0,1 N = 0,005 gr CaCO3
Total kesadahan = kesadahan sementara + kesadahan tetap
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1. Pembuatan Larutan 0,1 N HCl
Vol HCl (ml) BJ HCl (gr/ml) Kadar HCl (%) X ml HCl
100 1,19 37 0,83
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.2. Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax
m.borax(gr) V HCl(ml) Warna Awal Warna Proses Warna Akhir
0,418 29,5 Orange Orange merah muda
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.3. Penentuan Kadar Na2CO3
Vol HCl (ml) Kadar Na2CO3 (%) Massa Na2CO3(gr) Warna Awal Warna Proses Warna Akhir
42,6 44,2 0,755 Orange Orange Merah muda
Sumber : Laporan Sementara
b. Analisis Hasil Pengamatan
b.1. Membuat larutan 0,1 N HCl dari HCl pekat,
x = = = 0,83 ml
b.2. Menghitung Normalitas (N) HCl dengan Borax
N =
= = 0,074 N
b.3. Menentukan kadar Na2CO3
Kadar Na2CO3 =
= = 44,2%
2. Pembahasan
Dalam pembuatan larutan dengan normalitas tertentu membutuhkan perhitungan yang teliti agar sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini sangat penting karena pembuatan laporan kimia mempunyai tujuan tertentu baik untuk percobaan maupun kegunaan lainnya. Misalnya dalam pembuatan 0,1 N HCl membutuhkan 100 ml HCl pekat dengan pelarut 100 ml aquades.
Standarisasi HCl 0,1 N dengan Borax ( Na2B4O7.10H2O ) adalah mengambil 0,418 gr borax murni yang dilarutkan dengan 50 ml aquades ditambah 3 tetes indikator methyl orange kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer guna dititrasi dengan HCl sehingga terjadi tiga proses perubahan warna. Normalitas (N) HCl dihitung dengan menggunakan rumus :
N = ; dengan Valensi HCl = 2, BM Borax = 382, Volume HCl saat merubah warna larutan yang sedang dititrasi = 29,5 ml. Hasil normalitas HCl adalah 0,074 0,1. Warna awal sebelum dititrasi adalah orange kemudian dalam prosesnya berubah menjadi orange dan akhirnya berubah menjadi merah muda.
Penentuan kadar Na2CO3 juga menggunakan metode titrasi, yaitu antara asam ( HCl ) dengan Na2CO3. Dalam percobaan ini sama seperti proses standarisasi yaitu dengan menggunakan indikator metil orange. Setelah diamati, terjadi perubahan warna kuning menjadi orange kemudian setelah dititrasi menjadi merah muda. Pada waktu terjadi perubahan warna tersebut volume HCl yang digunakan 42,6 ml, sehingga kadar Na2CO3 dapat dicari yaitu 44,2%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan data hasil percobaan dengan hasil yang ideal antara lain karena perubahan konsentrasi komponen yang kadarnya mudah menguap saat pengambilan.
B. Kinetika Reaksi
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Tingkat reaksi 1
M (x) t (dt) (y)
x . y x2 y2
1,0
1,2
1,4
1,6
1,8
2,0 129
70
46
41
39
35 7,75x10-3
1,71x10-2
3,04x10-2
3,90x10-2
4,62x10-2
5,71x10-2 7,75x10-3
1,17x10-2
3,04x10-2
3,9x10-2
4,62x10-2
5,71x10-2 1,0
1,44
1,96
2,56
3,24
4,0 6,01x10-5
2,04x10-4
4,73x10-4
5,95x10-4
6,57x10-4
8,16x10-4
y2 = 2,8x10-3Sx2 = 14,2 Sxy = 1,98x10-1 Sy = 1,22x10-2 Sx = 9 360 S
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 2.2 Hubungan (Konsentrasi)2 HCl dengan 1/t
x2 y x2y x4 y2
1,0
1,44
1,96
2,56
3,24
4,0 7,75x10-3
1,71x10-2
3,04x10-2
3,90x10-2
4,62x10-2
5,71x10-2 7,75x10-3
2,06x10-2
4,26x10-2
6,24x10-2
8,31x10-2
1,14x10-1 1,0
2,0736
3,8416
6,5536
10,4976
16,0 6,01x10-5
2,04x10-4
4,73x10-4
5,95x10-4
6,57x10-4
8,16x10-4
x2 =S y2 = 2,8x10-3Sx2y= 3,31x10-1 39,966 Sy=1,22x10-2 S14,2
Sumber : Laporan Sementara
b. Analisis Hasil Pengamatan
- Tingkat reaksi 1 (Konsentrasi)
=
=
= - 1,19x10-2
=
=
= 2,14x10-2
- Garis regresi pangkat 1
Y = a + bx
Y = -1,19.10-2 + (2,14.10-2)x
- Standart deviasi reaksi tingkat 1
=
=
= 1,79x10-3
Tingkat Reaksi II (Konsentrasi)2
=
=
= 4,98x10-3
=
=
= 6,6x10-3
Persamaan Garis Linear Reaksi Tingkat 2
Y = a + bx
Y = 4,98.10-3 + (6,6.10-3)x
=
=
= 1,73x10-1
2. Pembahasan
Kecepatan reaksi atau laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi / jumlah zat-zat dalam reaksi kimia tiap satuan waktu. Penentuan kecepatan reaksi melalui beberapa tahap. Setiap tahap terjadi karena adanya suatu tumbukan antar atom atau molekul.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah tumbukan atau kecepatan reaksi adalah konsentrasi, luas permukaan zat, temperatur, dan penambahan katalis. Kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi.
Makin halus zat pereaksi makin permukaanya, sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan lebih besar maka reaksi akan berlangsung lebih cepat.
Biasanya kenaikan temperatur akan mempercepat reaksi dan sebaliknya penurunan temperatur akan memperlambat laju reaksi. Katelis adalah zat kimia yang dapat mempercepat reaksi dan zat ini tidak ikut berubah pada akhir reaksi.
Dalam percobaan kali ini menggunakan larutan HCl 2 M ; 1,8 M; 1,6 M ;1,4 M ; 1,2 M ; 1 M. Dimana larutan tersebut diambil sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan pita mg dan di catat waktu yang diperlukan oleh pita Mg agar larut didalamnya. Ternyata dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi atau kemolaran larutan HCl, semakin kecil waktu yang diperlukan untuk bereaksi, dengan kata lain memiliki laju reaksi yang cepat. Data yang diperoleh berturut-turut dari konsentrasi rendah adalah : 129detik, 70detik, 46 detik, 41 detik, 39detik dan 35 detik.
Orde reaksi merupakan jumlah semua eksponen dari konsentrasi dalam persamaan laju. Orde reaksi dapat dicari dengan membandingkan antara SD1 dan SD2. Dimana standart deviasi pertama diperoleh dari perhitungan persamaan garis regresi pangkat 1, kemudian dimasukkan pada rumus standar deviasi. Begitu pula pada standar devisi kedua, hanya saja menggunakan persamaan garis regresi pangkat 2. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa standar deviasi pada pangkat satu adalah 1,79 10-3 dan pada konsentrasi pada pangkat dua diperoleh standar deviasi 1,73x10-1. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa SD1 < SD2.
Dari hasil perhitungan yang telah didapat maka dibuat grafik hubungan antara 1/t dengan konsentrasi pangkat 1 dan pangkat 2. Dalam grafik juga ditarik suatu garis yang didapat dari persamaan garis regresi. Untuk persamaan garis regresi pangkat satu adalah y = -1,19.10-2 + (2,14.10-2)x, dan untuk persamaan garis regresi pangkat 2 adalah y = 4,98.10-3 + (6,6.10-3)x. Garis yang diperoleh dari persamaan regresi tersebut memotong grafik dari hubungan antara konsentrasi dengan 1/t.
C. Sifat Koligatif Larutan
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Perubahan Titik Didih Pelarut dan Titik Didih Larutan
No. T (menit) Td pelarut(oC) Td larutan(oC)
1 0 28 25
2 5 87 84
3 10 89 91
4 15 92 94
5 20 92 94
6 25 93 94
7 30 93 94
Sumber : Laporan Semantara
b. Analisis Hasil Pengamatan.
TdDb.1. Menentukan
td = Td larutan-Td pelarutD
= 94°C- 92°C
= 2oC
b.2. Menentukan BM
BM =
=
= 17,1
2. Pembahasan
Pada praktikum acara III Sifat koligatif larutan kita dapat mencari BM Urea Td) dengan rumusDdengan mencari kenaikan titik didih larutan ( Td larutan – Td pelarut barulah kita mencari berat molekul (BM) dengan rumus BM =
Data pada tabel menunjukkan bahwa titik didih larutan urea dan air naik turun/ stabil dalam kisaran tertentu. Untuk mendapatkan data yang akurat, sewaktu pengukuran suhu kenaikan titik didih larutan urea dan air dalam melakukan pemanasan menggunakan interval waktu sama. Pengukuran suhu dilakukan pada setiap lima menit dari menit ke-0 sampai menit ke-30. Dari perhitungan di atas diperoleh kenaikan titik didih larutan sebesar 2oC.
Sedangkan untuk berat molekul (BM) urea didapatkan nilainya sebesar 17,1,Seharusnya menurut teori berat molekul (BM) urea sebesar 60. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam mendapatkan nilai yang hampir mendekati/ mencapai nilai yang sesuai dengan teori antara lain kecermatan dalam membaca suhu pada larutan urea dan pada air, ketepatan dalam mengatur waktu dan masih banyak lagi faktor yang lain.
D. Kesetimbangan Kimia
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Absorbansi
Tabung Absrobsi (Ao)
1
2
3
4
5 0,917
0,732
0,253
0,033
0,014
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 4.2. Data Konsentrasi Awal dan Konsentrasi Setimbang
Tabung Konsentrasi Awal Konsentrasi Setimbang
Fe3+ CNS- Fe(CNS)2+ Fe3+ CNS-
1
2
3
4
5 0,1
0,04
0,008
0,0016
0,00032 0,001
0,001
0,001
0,001
0,001 10-3
7,98x10-4
2,76x10-4
3,6x10-5
1,53x10-5 9,9x10-2
3,92x10-2
7,72x10-3
1,56x10-3
3,05x10-4 0
2,02x10-4
7,24x10-4
9,64x10-4
9,85x10-4
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 4.3. Data Tetapan Kesetimbangan
Tabung KC1 KC2 KC3
1
2
3
4
5 9,9x10-2
3,13x10-2
2,13x10-3
5,62x10-5
4,67x10-6 0
6,28x10-6
1,54x10-6
5,4x10-8
4,5x10-9 10
19,95
34,5
22,5
47,8
Sumber : Laporan Sementara
b. Analisis Hasil Pengamatan
b.1. Cara menghitung konsentrasi (Fe3+) awal
Tabung 1. M1V1 = M1V2
0,2 . 5 = M2 . 10
M2 = 0,1 M
Pengenceran 1 M1V1 = M1V2
0,2 . 10 = M2 . 25
M2 = 0,08M
Tabung 2. M1V1 = M2V2
0,08 . 5 = M2 . 10
M2 = 0,04 M
Pengenceran 2 M1V1 = M2 V2
0,08 . 5 = M2 . 25
M2 = 0,016 M
Tabung 3. M1V1 = M2V2
0,016. 5 = M2 . 10
M2 = 0,008 M
Pengenceran 3 M1V1 = M2 V2
0,016 . 5 = M2 . 25
M2 = 0,0032 M
Tabung 4 M1V1 = M2V2
0,0032 . 5 = M2 . 10
M2 = 0,0016 M
Pengenceran 4 M1V1 = M2 V2
0,0032 . 5 = M2 . 25
M2 = 0,00064 M
Tabung 5 M1V1 = M2V2
0,00064 . 5 = M2 . 10
M2 = 0,00032 M
b.2. Dari tabel 4.2. Konsentrasi CNS- awal
M1V1 = M2V2
0,002 . 5 = M2 . 10
M2 = 0,001 M (untuk tabung 1 s/d 5 sama)
b.3. Konsentrasi Setimbang Ion Fe (CNS)2 +
Rumus :
x [CNS-1]awal
Tabung 1 = x 0,001 = 0,001 M
Tabung 2 = x 0,001 = 7,98x10-4 M
Tabung 3 = x 0,001 = 2,76x10-4 M
Tabung 4 = x 0,001 = 3,6x10-5 M
Tabung 5 = x 0,001 = 1,53x10-5 M
b.4. Konsentrasi Setimbang Ion Fe3+
Rumus :
[Fe3+]stb = [Fe3+] awal – [Fe(CNS)2+]stb
Tabung 1 = 0,1 – 0,001 = 0,099 M
Tabung 2 = 0,04 – 7,98x10-4 = 3,92x10-2 M
Tabung 3 = 0,008 – 2,76x10-4 = 7,72x10-3 M
Tabung 4 = 0,0016 – 3,6x10-5 = 1,56x10-3 M
Tabung 5 = 0,0032 – 1,53x10¬-5 = 3,05x10-4 M
b.5. Konsentrasi Setimbang Ion CNS-
Rumus :
[CNS-]stb = [CNS-]awal – [Fe (CNS)2+)stb
Tabung 1 = 0,001 – 0,001 = 0 M
Tabung 2 = 0,001 – 7,98x10-4 = 2,02x10-4 M
Tabung 3 = 0,001 – 2,76x10-4 = 7,24x10-4 M
Tabung 4 = 0,001 – 3,6x10-5 = 9,64x10-4 M
Tabung 5 = 0,001 – 1,53x10-5 = 9,85x10-4 M
b.6. Konstanta Kesetimbangan (KC1)
Rumus :
KC1 =
Tabung 1 = = 0,099 M
Tabung 2 = = 3,13x10-2 M
Tabung 3 = = 2,13x10-3 M
Tabung 4 = = 5,62x10-5 M
Tabung 5 = = 4,67x10-6 M
b.7. Konstanta Kesetimbangan (KC2)
Rumus:
KC2 = x [CNS]stb
Tabung 1 = = 0 M
Tabung 2 = = 6,28x10-6 M
Tabung 3 = = 1,54x10-6 M
Tabung 4 = = 5,4x10-8 M
Tabung 5 = = 4.5x10-9 M
b.8. Konstanta Kesetimbangan (KC3)
Rumus :
KC3 =
Tabung 1 = = 10 M
Tabung 2 = = 19,95 M
Tabung 3 = = 34,5 M
Tabung 4 = = 22,5 M
Tabung 5 = = 47,8 M
2. Pembahasan
Kesetimbangan kimia sangat bermanfaat bagi keuntungan manusia, antara lain di bidang industri antara lain di bidang industri yang menggunakan reaksi kimia. Untuk memperbesar hasil reaksi dapat dilakukan dengan memperbanyak zat pereaksi sehingga zat hasil reaksi semakin banyak pula.
Dalam percobaan telah dilakukan suatu proses pengenceran terhadap tiap larutan dalam tabung yang menggunakan Fe(NO3)3 yang sebelumnya larutan tersebut juga diencerkan dengan menggunakan akuades. Sehingga larutan dalam tabung 1 sampai dengan tabung 5 larutannya semakin encer. Keenceran ini menyebabkan perubahan warna pada larutan yang semula berwarna merah tua menjadi merah muda.
Berdasarkan tabel 4.1. diperoleh hasil absorbansi pada tabung 1 sebesar 0,917; pada tabung 2 sebesar 0,732; pada tabung 3 sebesar 0,253; pada tabung 4 sebesar 0,033, sedangkan pada tabung 5 diperoleh hasil -0,014. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai absorbansi awal (sebelum diencerkan) lebih besar daripada nilai absorbansi setelah ditambah aquades.
Hasil dari perhitungan konsentrasiawal dan konsentrasi setimbang dapat dinyatakan bahwa hasil konsentrasi awal lebih besar daripada konsentrasi setimbang pada Fe3+. Sedangkan pada CNS- konsentrasi awal lebih kecil daripada konsentrasi setimbang.
Pada tabel 4.3. diperoleh hasil konstanta kesetimbangan tabung 1 lebih besar daripada tabung 2, 3, 4 dan 5. Hal ini dikarenakan tetapan kesetimbangan (KC) dipengaruhi oleh konsentrasi awal dan konsentrasi setimbang zat-zat yang ikut bereaksi. Hubungan tetapan kesetimbangan dengan nilai absorbansi ialah semakin besar nilai absorbansi maka makin besar pula nilai tetapan kesetimbangan. Nilai tetapan kesetimbangan pada tabung 1 sebesar 10 M tabung 2 sebesar 19,95 M, pada tabung 3 sebesar 34,5 M, dan pada tabung 4 yaitu 22,5 M sedangkan tabung 5 sebesar 47,8 M.
E. Penentuan Massa Rumus Zat
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Data Pengamatan
A(gr) B(gr) C(gr) D(gr) Perubahan Warna
Awal Akhir
15,81 15,662 0,148 0,38 Biru Putih kebiru-biruan
A = Berat krus beserta isi sebelum pemanasan
B = Berat krus beserta isi sesudah pemanasan
C = Berat air (A-B)
D = Berat CuSO4 (berat CuSO4 awal-berat air)
Sumber : Laporan Sementara
b. Analisis Hasil Pengamatan
Berat Crusible kosong = 15,282
Berat Hidrat Cupri Sulfat = 0,528
Dalam menentukan rumus hidrat CuSO4.XH2O dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
Krus dan isi sebelum pemanasan(a) = 15,81
Krus dan isi setelah pemanasan (b) = 15,662 -
Berat air (c) = 0,148
Berat CuSO4 setelah pijar = berat awal Hidrat kupri sulfat - berat air
= 0,528 – 0,148
= 0,38 (d)
Mol CuSO4 : mol H2O
1 : x
x mol CuSO4 = mol H2O
Jadi rumusnya : CuSO4 . 4 H2O
Mr = Mr CuSO4 + Mr H2O
= 160+ 4 (18)
= 160 + 72
= 232
2. Pembahasan
Dalam percobaan penentuan massa atau rumus zat hidrat yang dipergunakan adalah CuSO4 . XH2O. Dalam Menentukan massa rumus hidrat tersebut adalah dengan pendekatan Mr CuSO4 + Mr x H2O.
Dari hasil percobaan tersebut didapatkan berat air yang dikandung hidrat adalah 0,148 gram. Dalam menentukan berat air tersebut dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan berat krus dan isi sebelum dan sesudah pemijaran adalah 15,81gram dan setelah pemijaran beratnya menjadi 15,662 gram. Berat krus kosong sebelum dan sesudah pemijaran tetap. Sehingga dari percobaan ini dapat diketahui bahwa berat isi (hidrat) mengalami penyusutan. Pemijaran dilakukan pada suhu lebih dari 100oC bertujuan untuk menghilangkan air yang kemudian berubah menjadi uap air. Hal ini juga dapat mempengaruhi jumlah CuSO4 setelah pemijaran karena berat dari Kupri sulfat merupakan selisih berat hidrat mula-mula (0,528 gram) dengan berat air (0,148 gram).
Dari hasil penelitian diperoleh x sebesar 4 dengan pembulatan ini tidak didapat hasil yang bulat yang mungkin dikarenakan waktu yang tidak tepat 24 jam melainkan kurang dari 24 jam. Sehingga air yang menguap belum semua dan sedikit berpengaruh pada berat kuprit sulfat. Akan tetapi, hal ini tidak berpengaruh karena hasil yang didapat sudah mendekati kebenaran.
F. Identifikasi Anion Kation
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Data Identifikasi Ion Al3+
Tab Larutan Jumlah tetes Endapan Warna Keterangan
1 NaOH
NaOH 8 tetes
(8+5) tetes gelatin
gelatin Keruh
Keruh ++
+++
2 Al3+ + 8 tetes NH3
Al3+ + (8+5) tetes NH3 Tidak terbentuk
endapan
Tidak terbentuk
endapan Bening
Bening
- -
- - -
Sumber : Laporan Sementara.
Tabel 6.2 Data Pengamatan Identifikasi Ion SO42-
Tab Larutan Terbentuk Warna Keterangan
1 SO42- 3 ml + BaCl 3ml + HCl encer 2 tetes Tepung
Tepung Bening mengendap ++
2 3 ml + BaCl 3ml + HNO encer 2 tetes Gelatin
Gelatin
Putih putih +++
3 3 ml + BaCl 3ml + HCl pekat 2 tetes Gelatin
Gelatin Putih putih ++++
4 3 ml + BaCl 3ml + HNO pekat 2 tetes Gelatin
Gelatin Putih putih ++++++
Sumber : Laporan Sementara.
b. Analisis Hasil Pengamatan
b.1. Reaksi yang terjadi pada ion Al3+
Penambahan NaOH
Al2(SO4)3 + NaOH
Al3+ + OH- ® Al(OH3) keruh
Al(OH)3 + OH- ® Al(OH)4
Penambahan Amoniak
Al3+ + NH3 ®H2O Al(OH)3 + NH4
3Na2SO4 +®Al2(SO4)3 + 6NaOH 2 Al(OH)3
Tidak terbentuk endapan pada Al2(SO4)3 + NaOH. Hal ini disebabkan karena Na+ dan Al3+ sama-sama basa kuat sehingga dapat larut secara homogen.
Sedangkan pada reaksi amoniak yaitu :
Al3+ + NH3 Al(NH3)63+ di bagian bawah tabung terbentuk endapan keruh yang berupa butiran-butiran tepung dan bersifat basa kuat, karena Al3+ merupakan basa kuat sedangkan NH3 bersifat basa lemah.
b.2. Reaksi yang terjadi pada ion
Al2(SO4)3 + BaCl2 ® AlCl3 + BaCl4
b.1. + ®Ba2+ BaSO4 (endapan putih).
b.2. BaSO4 + HCl ® BaCl +
b.3. BaSO4 + HNO3 ® Ba (NO3)2 +
Endapan yang terbentuk :
Penambahan HCl encer larutan berwarna putih keruh, ada endapan warna putih / endapan tepung.
Penambahan HNO3 encer larutan berwarna putih keruh, endapan tepung banyak.
Penambahan HCl pekat larutan berwarna putih keruh, endapan tepung lebih banyak.
Penambahan HNO3 pekat larutan berwarna putih keruh, terbentuk endapan tepung yang sangat banyak.
Pada larutan HCl pekat dan larutan HNO3 pekat didapat hasil endapan yang lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan larutan HCl encer dan larutan HNO3 encer. Hal ini dikarenakan larutan yang bersifat pekat mempunyai konsentrasi tinggi untuk saling melarutkan dan antara asam kuat dengan basa kuat terionisasi sempurna.
2. Pembahasan
Berdasarkan tabel 6.1 diketahui pada proses identifikasi Al3+ menggunakan larutan Al2(SO4)3 yang direaksikan dengan NaOH sampai 13 tetes tidak terjadi endapan, sedangkan pada pereaksian dengan NH3 sampai 13 tetes diperoleh hasil terbentuk endapan tepung 5 menit kedua sedangkan pada 5 menit pertama tidak terjadi endapan.
Sedangkan pada tabel 6.2 diketahui pada proses identifikasi SO42- dilakukan dengan menggunakan larutan Al2(SO4)3 yang direaksikan dengan BaCl2 terjadi endapan putih yang homogen. Dan pada saat ditetesi dengan HCl pekat dan encer masing-masing tetes yang terjadi perbedaan yaitu pada tabung I yang ditetesi dengan HCl encer endapannya lebih sedikit daripada tabung III yang ditetesi dengan HCl pekat. Sehingga endapan yang terlarutkan kembali banyak pada tabung I, karena konsentrasi HCl pekat lebih tinggi daripada HCl encer, sehingga daya melarutkan endapan yang timbul dari larutan Al2(SO4)3 dengan BaCl2 lebih kecil. Sedangkan pada tabung II dan IV yang ditetesi dengan HNO3 pekat dan encer, terjadi perbedaan yaitu pada tabung IV yang ditetesi HNO3 pekat endapan dari Al2(SO4)3 + BaCl2 lebih banyak daripada tabung II yang ditetesidengan HNO3 encer.
G. Penentuan Kesadahan
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 7.1 Titrasi Kesadahan Sementara
ml Sampel Warna ml H2SO4 Nilai Kesadahan Sementara (ppm)
Awal Proses Akhir
20 bening orange merah muda 1,2 60
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 7.2 Titrasi Kesadahan Tetap
ml Sampel Warna ml H2SO4 Nilai Kesadahan tetap (ppm)
Awal Proses Akhir
10 Kuning muda Kuning tua merah 250
Sumber : Laporan Sementara
b. Analisis Hasil Pengamatan
b.1. Kesadahan Sementara
Volume H2SO4 0,1 N = 8,8 ml
1 ml H2SO4 0,01 N = 0,002 g CaCO3
Penyelesaian :
Kesadahan Sementara = Kesadahan 1 bag CaCO3/100.000 air
=
=
= 60
Jadi, dalam 100.000 bagian atau gram air terdapat 176 gram CaCO3.
b.2. Kesadahan Tetap
Volume Data Blangko = 2,5 ml
Volume H2SO4 0,1 N = 2 ml
1 ml H2SO4 0,1 N = 0,005 gr CaCO3
Penyelesaian :
Kesadahan tetap = kesadahan tetap bg CaCO3/100.000 bg air
=
=
= 250
Jadi, dalam 100.000 bagian atau gram air terdapat 250gram CaCO3.
Total kesadahan = kesadahan sementara + kesadahan tetap
= 60 + 250= 310 artinya, dalam 100.000 bagian atau gram air terdapat 256 gram CaCO3.
2. Pembahasan
Kesadahan air berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 2 yaitu kesadahan tetap dan kesadahan sementara. Kesadahan tetap mengandung garam CaCl2, CaSO4. sedangkan kesadahan sementara mengandung garam-garam CaCO3, Ca(HCO3)2. Dalam penentuan kesadahan ini dilakukan dengan cara titrasi . Pada kesadahan sementara dilakukan titrasi dengan larutan standar H2SO4 0,02 N dan volume yang dibutuhkan untuk mentitrasi air sadah sementara adalah 1,2 ml. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna larutan air sadah sementara yang ditambah MO yaitu warna yang semula bening, pada saat proses berubah warna menjadi orange dan diperoleh warna akhir titrasi yaitu merah muda.
Sedangkan pada kesadahan tetap dititrasi dengan menggunakan larutan standar H2SO4 0,1 N dan volume untuk mentitrasi air sadah tetap sebanyak 2 ml. Pada titrasi juga terjadi perubahan warna larutan air sadah tetap yang ditambah MO yaitu warna yang semula kuning muda, pada saat proses berubah warna menjadi kuning tua dan diperoleh warna akhir titrasi yaitu merah.
Volume H2SO4 yang dibutuhkan untuk mentitrasi air sadah tetap lebih banyak dari pada volume H2SO4 yang dibutuhkan untuk mentitrasi air sadah sementara karena air sadah tetap sulit berubah warna menjadi warna akhir pada waktu dititrasi sehingga dibutuhkan volume H¬2SO4 yang lebih banyak dari pada air sadah sementara. Selain itu air sadah sementara mudah dihilangkan dengan cara pemanasan sampai mendidih sedangkan air sadah tetap sulit dihilangkan walaupun dipanaskan sampai mendidih tetap mengandung kesadahan.
Pada praktikum ini didapat data blangko yaitu 2,5 ml. Disini blangko berfungsi sebagai titik akhir perubahan warna pada waktu dititrasi. Volume H2SO4 0,1 N yang dibutuhkan untuk titrasi adalah 2 ml. Selain itu juga dihitung nilai CaCO3 yang terkandung dalam kesadahan sementara maupun kesadahan tetap. Nilai CaCO3 yang terkandung dalam kesadahan sementara yaitu 60 gr CaCO3 dalam 100.000 bagian atau gram air, sedangkan nilai CaCO3 yang terkandung dalam kesadahan tetap yaitu 250gr CaCO3 dalam 100.000 bagian atau gram air. Total kesadahan didapat dari gr CaCO3 pada kesadahan sementara ditambah dengan gr CaCO3 kesadahan tetap dan hasil yang diperoleh 310 gr CaCO3 dalam 100.000 bagian atau gram air.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
- Standarisasi larutan dengan menggunakan metode titrasi asam-basa dan indicator mo pada larutan 0,1 N HCl menghasilkan larutan yang berwarna merah muda.
- Titrasi HCl pada larutan Borax dan Na2CO3 berheti pada saat kedua larutan berubah menjadi merah muda.
- Normalitas HCl diperoleh melalui standarisasi sebesar 0,1 N.
- Penentuan kadar Na2CO3 dengan menggunakan 0,828 ml HCl menghasilkan larutan yang berwarna merah muda dengan kadar sebesar 35,1%.
- Borax dan Na2CO3 bersifat asam karena saat ditetesi methyl orange mengalami perubahan warna ( kuning menjadi orange ).
2. Kinetika Reaksi
- Standart deviasi digunakan untuk menentukan orde reaksi. Orde reaksi diperoleh dengan membandingkan SD1 dan SD2.
- Bila SD1 lebih kecil daripada SD2 maka orde reaksinya adalah 1, sedangkan bila SD1 lebih besar daripada SD2 maka orde reaksinya adalah 2.
- Percobaan kali ini berorde 2 karena SD1 lebih besar daripada SD2 yang adalah 0,00387
- Konsentrasi berbanding terbalik dengan waktu yang dibutuhkan untuk beraksi dan berbanding lurus dengan laju reaksi. Semakin besar molaritas HCl yang digunakan, semakin sedikit waktu yang digunakan.
- Garis regresi yang dihasilkan adalah garis yang linear.
3. Sifat Koligatif Larutan
- Penambahan zat pada pelarut menyebabkan kenaikan titik didih larutan.
- Dalam menentukan kenaikan titik didih larutan dapat dicari dengan Td larutan – Td pelarut.
- Besarnya titik didih larutan lebih tinggi dari pada titik didih pelarut .
- Untuk menentukan BM zat non volatile dapat menggunakan kenaikan titik didih.
- Kenaikan titik didih larutan urea sebesar 1ÂșC.
- Besarnya berat moleku (BM) urea adalah 34,2.
4. Kesetimbangan Kimia
- Nilai absorbansi yang benar adalah antara nol sampai satu.
- Tetapan kesetimbangan dipengaruhi oleh konsentrasi awal dan konsentrasi setimbang zat-zat yang ikut bereaksi.
- Hubungan tetapan kesetimbangan dengan nilai absorbansi yaitu semakin besar nilai absorbansi maka semakin besar pula tetapan kesetimbangannya.
- Suatu reaksi dikatakan setimbang jika ada nilai tertentu yang tidak berubah dengan berubahnya waktu.
- Ciri kesetimbangan adalah adanya reaksi bolak-balik, kecepatan kekiri dan kekanan selalu konstan.
- Tetapan kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi, tekanan dan volume.
- Ketetapan kesetimbangan dapat dihitung dengan membagi konsentrasi produk dengan konsentrasi reaktan.
- Nilai tetapan kesetimbangan
1) Tabung 1 = 0,099 M
2) Tabung 2 = 0,0302 M
3) Tabung 3 = 0,00150 M
4) Tabung 4 = 0,000026 M
5) Tabung 5 = 0,000000457 M
5. Penentuan Massa Rumus Zat
- Berat krus dan isi sebelum pemanasan (12,826 gr) lebih besar daripada berat krus dan isi setelah pemanasan (12673 gr) karena air yang dikandung hidrat menguap akibat pemanasan pada suhu lebih dari 100oC.
- Berat air yang menguap selama reaksi adalah 0,153 gram.
- Berat CuSO4 setelah pemanasan adalah 0,404 gram.
- Rumus melekul dari hidrat tersebut adalah CuSO4 . 5H2O.
- Mr dari hidrat kupri sulfat adalah 3.36.
- Perubahan warna pada proses dari awal adalah biru menjadi putih pada akhir proses.
6. Identifikasi Anion Kation
- Identifikasi Al3+ dengan NaOH tidak menghasilkan endapan.
- Identifikasi Al3+ dengan NH3 menghasilkan endapan berupa tepung.
- Larutan amonia bersifat basa lemah bila dicampurkan dengan larutan aluminium sulfat membentuk endapan keruh berupa butiran tepung.
- Larutan asam basa kuat bila ditambah dengan asam kuat dan basa kuat akan teridentifikasi berlebih sehinggan membentuk larutan homogen.
- Pengidentifikasian ion Al3+ dapat dilakukan dengan melakukan larutan Al2(SO4)3 dengan NaOH dan Amoniak.
- Pada penambahan HCl pekat endapannya lebih banyak dari pada penambahan HCl encer. Sedangkan pada penambahan HNO3 encer jumlah endapan lebih sedikit dari pada HNO3 pekat.
7. Penentuan Kesadahan
- Kesadahan sementara mengandung garam-garam CaCO3, Ca(HCO3)2
- Kesadahan tetap mengandung garam CaCl2, CaSO4
- Nilai kesadahan sementara adalah 60 ppm sedangkan nilai kesadahan permanen adalah 250 ppm..
- Total kesadahan yang didapat adalah 310 ppm.
B. SARAN
Dengan pembuatan laporan ini penyusun berharap dapat membantu menambah pengetahuan orang lain tentang Kimia Dasar. Dan praktikan yang selanjutnya dapat bersungguh – sungguh dalam menjalankan praktikum dan dalam pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Didownload dari http//alat.dikti org/Lab/Kidas.htm ( Diakses Minggu, 21 Desember 2008 )
Harjadi, W. 1997. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta
Petrucci, Ralph H. 1995. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Pudjaatmaka, H. 1999. Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Woller, Paul dan Jerome H. Suple. 1996. Chemistry Elementary Principles. Addison Wesley Publishing Company Inc. London.
Haryadi, Sri Saeni, Hendra Adijuana dan Wlly Djohan. 1975. Kimia Dasar 1. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Keenan, Charles W, Donald C. Kleinfelter dan Jesse Wood. 1990. Kimia untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Pringgomulyo, Saroyo. 1983. Kimia Umum. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Rosenberg, Jarome L. 1992. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Sukarjo. 1983. Kimia Fisika. Bina Aksara. Jakarta.
Bird,T. 1993. Kimia Fisik. Gramedia. Jakarta.
Keenan, Charles W. 1990. Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Rosenberg.1992. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Sukarjo. 1994. Kimia Fisika. Bina Aksara. Jakarta.
Suryanto, D. 1999. Praktikum kimia dasar. PT Mitra Gama Widya: Yogyakarta.
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.
Laider. 1996. Kimia Farma. Bina Aksara. Jakarta.
Rosenberk, J.L. 1992. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Afkins, P.U. 1996. 1996 Kimia Fisika Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Anonim. 2005. Didowload dari http/alat.dikti.org/Lab/Kidas/enam.htm
Anwar Nur, Iskandar,dan Sjachri. 1981. Kimia Dasar II. IPB. Bogor.
Bailar, Moeller, dan Kleinberg. 1995. University Chemistory. D.C. Heath and Company. Boston.
Cromer. 1994. Fisika Untuk Ilmu Hayati. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Fieser Louis dan Mary Fieser. 1991. Kimia Organik I. Dwiwantara. Bandung.
Hendayana. 1994. Kimia Analitik. Instrumen IKIP Semarang. Semarang.
Stanley. 1988. Kimia Organik. ITB Press. Bandung.
Sukardjo. 1985. Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta.
Tony. 1987. Penuntun Praktikum Kimia Fisika Untuk Universitas. PT. Gramedia. Jakarta.
Brady, JE. 1990. General Shmistry Primciples and Structur. John Willey and Son. New York.
Day, R. A. 1992. Analisis Kimia Kuantitati. Erlangga. Jakarta.
Karyohadiprojo, Irma I. 1994. Kimia Fisika. Erlangga. Jakarta.
Peterucci, R.H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga Jakarta.
Ralph, J. 1990. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Bird, Tony. 1987. Penuntun praktikum Kimia Fisika untuk Universitas. PT. Gramedia. Jakarta.
Keenan. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Pine, S. 1998. Kimia Organik Terbitan ke-Empat. ITB. Bandung.
Rival, H. 1995. Azas Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.
Sukardjo. 1985. Kimia Organik. Bina Aksara. Yogyakarta.
Syarifudin, N. 1994. Ikatan Kimia.UGM Press. Yogyakarta.
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Andi. Yogyakarta.
Anonim. 2006. Di download dari http://o-fish.com. Tanggal 21 Desember 2008, pukul 10.00.
Anonim. 2004. www. geocities.com. Diakses tanggal 21 Desember 2008, pukul 10.00.
Anonim. 2005. www. o-fish.com. Diakses tanggal 21 Desember 2008, pukul 11.00.
Day dan Underwood. 1992. Quantitative Analisis. Erlangga. Jakarta.
Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Andi Offset. Yogyakarta.
Rompas, Rizald M. 1998. Kimia Lingkungan. Farsito. Bandung.
Santika, Sumestri S. 1984. Metoda Penelitian Air. ITS Press. Surabaya.
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan praktikum ini dapat terselesaikan.
Ucapan terimakasih tak lupa penyusun sampaikan kepada :
a. Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.
b. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
c. Tim Dosen Pengampu mata kuliah Kimia Dasar.
d. Tim Asisten yang telah memberi dukungan, sekaligus bimbingan selama pelaksanaan praktikum hingga akhir penyusunan laporan ini.
e. Ayah dan bunda tercinta yang tak pernah berhenti berdoa dan memberi dukungan.
f. Teman-teman seangkatan yang turut membantu melengkapi dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari dalam penulisan laporan ini jauh dari sempurna.Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan kualitas laporan dan kebaikan kita bersama. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Desember 2008
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Praktikum
C. Waktu Dan Tempat Praktikum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
B. Kinetika Reaksi
C. Sifat Koligatif Larutan
D. Kesetimbangan Kimia
E. Penentuan Massa Rumus Zat
F. Identifikasi Anion Kation
G. Penentuan Kesadahan
BAB III MATERI DAN METODE
A. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
B. Kinetika Reaksi
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
a. Alat
b. Bahan
C. Sifat Koligatif Larutan
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
D. Kesetimbangan Kimia
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
E. Penentuan Massa Rumus Zat
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
F. Identifikasi Anion Kation
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
G. Penentuan Kesadahan
1. Materi
a. Alat
b. Bahan
2. Metode
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
1. Hasil
2. Pembahasan
B. Kinetika Reaksi
1. Hasil
2. Pembahasan
C. Sifat Koligatif Larutan
1. Hasil
2. Pembahasan
D. Kesetimbangan Kimia
1. Hasil
2. Pembahasan
E. Penentuan Massa Rumus Zat
1. Hasil
2. Pembahasan
F. Identifikasi Anion Kation
1. Hasil
2. Pembahasan
G. Penentuan Kesadahan
1. Hasil
2. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pembuatan Larutan 0,1 N HCl .................................
Tabel 1.2 Standarisasi HCl dengan Borax
Tabel 1.3 Penentuan Kadar Na2CO3
Tabel 2.1 Hubungan Konsentrasi HCl dengan 1/t.
Tabel 2.2 Hubungan (Konsentrasi)2 HCl dengan 1/t
Tabel 3.1 Data Pengamatan Kenaikan Titik Didih Pelarut dan Titik Didih Larutan
Tabel 4.1 Pengamatan Hasil Absorbansi
Tabel 4.2 Nilai Konsentrasi Awal dengan Konsentrasi Setimbang
Tabel 4.3 Nilai Konstanta Setimbang
Tabel 5.1 Pengamatan Terhadap Krus
Tabel 6.1 Data Pengamatan Identifikasi Ion Al3+
Tabel 6.2 Data Pengamatan Identifikasi Ion SO42-
Tabel 7.1 Kesadahan Sementara
Tabel 7.2 Kesadahan Permanen/Tetap
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Tingkat 1 dengan 1/t
Gambar 2.2 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Tingkat 2 dengan 1/t
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
Dunia pertanian mempunyai keterkaitan erat dengan larutan. Pada dasarnya larutan adalah campuran yang homogen dapat berupa gas, cair maupun padat. Larutan terdiri atas dua komponen penting yaitu pelarut (solvent) yang memiliki proporsi lebih besar dan zat terlarut ( solut ) yang proporsinya lebih kecil. Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai jumlah solut yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara antara lain molaritas (jumlah mol solut dalam 1 liter larutan), molalitas (jumlah mol solut per 1000 gr pelarut), normalitas (jumlah gr ekuivalen solut dalam 1 liter larutan) dan sebagainya.
Dalam dunia pertanian larutan sangat berguna misalnya untuk pembuatan pupuk dan pestisida. Dalam hal ini konsentrasi yang tepat sangatlah diperlukan dalam pembuatan pupuk dan pestisida. Karena jika salah dalam penentuan konsetrasi bisa-bisa tanaman yang diberikan pupuk atau pestisida akan mati, selain itu juga dapat menyebabkan kerusakan tanah. Sehingga peranan teori tentang pembuatan larutan dan standarisasinya sangat penting untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembuatan larutan.
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan. Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan, maka perlu dilakukan standarisasi. Larutan standart selanjutnya biasa digunakan dalam proses analisis kimia dengan metode titrasi asam basa. Prinsip prosedur ini adalah untuk menentukan jumlah asam maka ditambahkan asam dalam jumlah yang ekuivalen atau sebaliknya. Proses titrasi diakhiri bila telah mencapai titik ekuivalen, yaitu titik dimana penambahan sedikit titran akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar.
Titik titrasi biasanya ditandai dengan perubahan warna indicator pH. Indikator adalah molekul pewarna yang warnanya tergantung pada konsentrasi H2O. Indikator ini sesungguhnya merupakan asam lemah atau basa lemah yang konjugasinya menjadi asam-basa menyebabkan perubahan warna.
2. Kinetika Reaksi
Kinetika kimia adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari bagaimana suatu reaksi berlangsung. Dalam kinetika kimia dibicarakan tentang laju reaksi dan mekanisme reaksi. Laju reaksi dapat digunakan untuk mengetahui seberapa cepat suatu reaksi berlangsung. Sedangkan, mekanisme reaksi dipakai untuk menerangkan melalui langkah-langakh mana suatu reaktan bisa berubah menjadi produk.
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi zat yang ikut dalam reaksi tersebut per satuan waktu. Laju reaksi suatu reaksi kimia adalah berbanding terbalik terhadap waktu dan berbanding lurus dengan konsentrasi. Dari berbagai percobaan ternyata laju reaksi tidak selalu merupakan fungsi linier dari konsentrasi dari zat peraksi.
Prinsip stoikiometri memungkinkan kita untuk menghitung jumlah zat yang dapat dihasilkan oleh suatu reaksi kimia. Hal ini banyak dimanfaatkan oleh berbagai macam industri. Pada suatu industri mungkin akan menggunakan suatu reaksi yang cepat dan dapat menghasilkan produk yang banyak. Tetapi ada pula industri yang tidak menginginkan suatu reaksi berlangsung cepat, karena dapat menimbulkan ledakan atau yang sejenisnya.
Kasus-kasus demikianlah yang dapat menyebabkan adanya kebutuhan untuk mengukur atau meramalkan laju reaksi kimia. Semua masalah tersebut merupakan bagian dari cabang ilmu kimia yaitu kinetika reaksi. Peramalan suatu laju reaksi kimia di dasarkan pada persamaan matematik yang disebut hukum kecepatan. Kecepatan suatu reaksi dipengaruhi oleh beberapa hal seperti suhu, tekanan, konsentrasi, volume, katalis dan sifat zat tersebut.
3. Sifat Koligatif Larutan
Larutan terdiri atas dua macam komponen utama yaitu zat pelarut dan zat terlarut.. Larutan memiliki sifat yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dan tidak tergantung jenis partikelnya. Jika dalam suatu zat pelarut dimasukkan zat lain yang tidak mudah menguap (volatile), maka tenaga bebas pelarut tersebut akan turun. Penurunan tenaga bebas ini menurunkan keinginan zat pelarut berubah menjadi fase uapnya, sehingga tekanan uap dalam larutan akan lebih rendah dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni. Sifat koligatif larutan meliputi empat macam yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku , dan tekanan osmotik .
Penurunan tekanan uap merupakan selisih antara tekanan uap larutan dengan tekanan uap pelarut. Kenaikan titik didih merupakan selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut, titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar. Osmosis merupakan peristiwa suatu pelarut murni ke suatu larutan atau bergeraknya suatu pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat melalui membran semi permeable. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita pasti selalu menggunakan larutan, misalnya larutan ketika kita membuat minuman dengan gula ataupun sirup.
Berdasarkan sifat larutan yang dimiliki, larutan dapat digolongkan menjadi larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Perbedaan dari kedua larutan tersebut yaitu pada larutan elektrolit terdapat ion positif (kation) dan ion negatif (anion), dalam larutan non elektrolit tidak terdapat ion-ion tersebut. Yang termasuk dalam larutan elektrolit yaitu: asam, basa dan garam. Sedangkan yang termasuk non elektrolit contohnya adalah gula.
Pada praktikum acara III dapat kita diketahui peristiwa perubahan titik didih larutan dan bobot molekul, yang mempunyai peranan sangat penting dalam sifat kologatif larutan. Selain itu kita juga dapat mempelajari sifat-sifat koligatif larutan.
4. Kesetimbangan Kimia
Di dalam reaksi kimia ada reaksi dimana zat-zat pereaksi bereaksi sempurna atau zat-zat hasil reaksi tidak dapat bereaksi kembali untuk membentuk zat-zat pereaksi, yang disebut reaksi kesudahan atau reaksi irreversibel ( tidak dapat balik ). Tetapi ada juga reaksi yang zat-zat hasil reaksinya dapat bereaksi atau terurai kembali membentuk zat-zat pereaksi, reaksi semacam ini disebut reaksi kesetimbangan atau reversible. Reaksi jenis kedua inilah yang kita gunakan dalam praktikum kali ini.
Pengetahuan tentang reaksi kesetimbangan ini sangat penting, antara lain di bidang industri yang menggunakan reaksi kimia. Karena di dalam reaksi kesetimbangan, reaksi dapat kita geser ke arah yang kita inginkan. Kesetimbangan kimia juga diterapkan dalam industri di bidang pertanian, yaitu dalam pembuatan amoniak dengan proses Haberbosch serta pembuatan asam sulfat melalui proses kontak.
Untuk menyatakan hubungan antara konsentrasi zat-zat pada keadaan setimbang, dinyatakan dengan tetapan kesetimbangan. Dan pada percobaan kali ini ®kita akan menentukan tetapan kesetimbangan dari reaksi KCNS + Fe(NO3)3 Fe(CNS)3 + KNO3. Harga tetapan kesetimbangan ini memberikan petunjuk tentang banyaknya hasil reaksi yang dapat terbentuk pada suatu reaksi kesetimbangan.
Usaha untuk memperbesar zat-zat hasil reaksi adalah dengan pengubahan konsentrasi zat, pengubahan volume gas atau tekanan gas, dan pengubahan suhu dalam praktikum ini akan dipelajari pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap reaksi kesetimbangan.
5. Penentuan Massa Rumus Zat
Senyawa adalah gabungan dari beberapa unsur dengan reaksi kimia tertentu. Setiap senyawa mempunyai massa melekul yang berbeda-beda dengan massa melekul yang lain, karena massa melekul ini tergantung besarnya massa atom dari masing-masing atom penyusunannya. Dasar teori dari praktikum ini adalah masalah massa atom. Massa atom sering didefinisikan dengan massa atom itu sendiri dibandingkan dengan massa atom yang lain sebagai standart. Dalam hal ini yang digunakan sebagai standar adalah isotop C-12 sesuai dengan hasil perjanjian international tahun 1961. Dapat disimpulkan bahwa massa melekul besarnya tergantung pada massa atom atas unsur-unsur penyusunannya. Massa atom merupakan harga yang relatif. Dengan demikian gabungan dari massa atom relatif disebut dengan massa melekul relatif yang sering ditulis dengan lambang Mr.
Suatu senyawa mempunyai dua macam rumus, yaitu rumus molekul dan rumus empiris, yang disebut rumus molekul adalah rumus yang menyatakan jumlah atom-atom dari unsur yang menyusun suatu melekul senyawa. Rumus empiris adalah rumus suatu senyawa yang diringkas menjadi yang paling sederhana. Untuk menentukan massa rumus suatu zat dapat dilakukan dengan perbandingan massa masing-masing unsur yang menyusunnya. Dari data tersebut kita dapat menentukan perbandingan mol dari masing-masing unsur tersebut. Angka-angka perbandingan mol itulah yang merupakan angka-angka rumus suatu zat.
Penentuan massa atom dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut dengan spektrotometer massa. Prinsip yang digunakan adalah stoikiometri, selain itu cara lain yang digunakan dalam penentuan massa atom ini adalah dengan metode gravimetri untuk zat-zat tertentu yang bisa terbakar. Dalam dunia pertanian juga digunakan berbagai zat kimia, seperti petstisida, pupuk, herbisida, dan lain-lain. Cara yang paling tepat adalah dengan metode gravimetri karena lebih mudah dan tidak memerlukan ketrampilan khusus untuk mengerjakannya.
Pada percobaan kali ini kita akan mencoba menentukan massa rumus suatu hidrat. Prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah menentukan jumlah air kristal yang dikandung garam hidrat kupri sulfat. Dengan cara menghilangkan air yang dikandung oleh hidrat dengan pemanasan (oven) sehingga terbentuk garam antihidrat.
6. Identifikasi Anion Kation
Larutan elektrolit bila dimasukkan ke dalam air akan terurai menjadi ion-ion. Ion adalah atom atau gugus atom yang bermuatan listrik. Ada dua jenis ion yaitu kation dan anion. Kation adalah ion yang bermuatan positif, contohnya Ca+, Na+, Ag+, dan K+. sedangkan anion adalah ion yang bermuatan negatif, contohnya CL-, Br-, dan I-.
Pemisahan anion dan kation dalam suatu larutan dapat dilakukan dengan reaksi pengendapan yaitu dengan prinsip analisa kualitatif. Pada analisa tersebut kation mula-mula dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan senyawa. Pemisahan dan pengkajian lebih lanjut dilakukan dalam tiap golongan.
Dua kation yang larut membentuk endapan ini sama dengan kelarutan yang cukup berbeda dapat dipisahkan dengan pengendapan selektif, yang dilakukan dengan pemilihan seksama dari konsentrasi anion yang dibutuhkan, yang seringkali dapat dikendalikan dengan memanfaatkan pengaruh ion sekutu. Tetapan keseluruhan untuk menambah sederet ligan disebut tetapan kestabilan.
Untuk mengetahui ada tidaknya kation dan anion dalam suatu larutan, maka kita dapat menggunakan suatu analisa, yaitu analisa kuantitatif. Analisa kuantitatif mengacu pada seperangkat prosedur laboratorium yang dapat digunakan untuk memindahkan dan menguji adanya ion dalam larutan. Analisa ini dikatakan kuantitatif karena adanya penentuan jenis ion yang ada dalam campuran. Analisa tak harus selalu menyatakan senyawa yang menghasilkan ion atau banyak ion (kuantitatif). Dibandingkan dengan seperangkat prosedur laboratorium lainnya, analisa kuantitatif menggambarkan keseluruhan konsep pertimbangan.
Pengetahuan mengenai identifikasi kation dan anion dalam dunia pertanian berguna untuk pembuatan pupuk, media tanaman hidrolik dan pestisida. Dalam ketiga hal tersebut diperlukan kation dan anion yang seimbang. Selain itu ion-ion dapat ditemukan dalam tubuh. Misalnya ion Cu2+ dalam hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel sel-sel tubuh, ion CO2+ yang berfungsi dalam sintesis protein dari asam-asam amino.
7. Penentuan Kesadahan
Kesadahan sementara air disebabkan oleh kalsium dan magnesium dari karbonat dan bikarbonat, sedangkan kesadahan permanen atau kesadahan tetap disebabkan oleh garam kalsium sulfat dan klorida. Penentuan kesadahan sementara dengan cara titrasi langsung dengan standar H2SO4 dengan menggunakan indikator methil orange. Penentuan kesadahan tetap/ permanen dengan cara menghitung banyak NaOH dan sodium karbonat yang diperlukan untuk mengendapkan sulfat yang ada dalam sampel
B. Tujuan Praktikum
1. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
Dari praktikum ini dapat mengetahui tujuannya antara lain :
a. Membuat larutan 0,1 HCl
b. Standarisasi Hcl dengan Bonax
c. Penentuan kadar Na2CO3 dengan HCl
2. Kinetika Reaksi
Praktikum kinetika reaksi bertujuan untuk menentukan tingkat reaksi logam Mg dengan larutan HCl.
3. Sifat Koligatif Larutan
Tujuan dari praktikum acara III ”Sifat Koligatif Larutan” adalah sebagai berikut :
a. Menentukan perubahan titik didih larutan
b. Menentukan BM (MR) zat non volatile
4. Kesetimbangan Kimia
Tujuan Praktikum acara IV Keseimbangan Kimia adalah untuk menentukan hukum kesetimbangan dan tetapan kesetimbangan.
5. Penentuan Massa Rumus Zat
Tujuan praktikum acara II ini adalah menentukan massa rumus hidrat.
6. Identifikasi Anion Kation
Praktikum acara Identifikasi Kation dan Anion ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui larutan untuk identifikasi ion Al3+ dan SO42-.
b. Mengetahui perbedaan larutan pekat dan larutan encer untuk identifikasi ion Al3+ dan SO42-.
7. Penentuan Kesadahan
Tujuan dari diadakannya praktikum acara VII. Penentuan Kesadahan Sementara dan Kesadahan Tetap yaitu menghitung banyaknya NaOH dan Sodium Karbonat yang diperlukan untuk mengendapkan sulfat yang ada pada sampel.
C. Waktu Dan Tempat Praktikum
1. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
Praktikum acara I ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Kinetika Reaksi
Praktikum acara II ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Nutrisi Dan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Sifat Koligatif Larutan
Praktikum acara III ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Nutrisi Dan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Kesetimbangan Kimia
Praktikum acara III ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Nutrisi Dan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Penentuan Massa Rumus Zat
Praktikum acara III ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Nutrisi Dan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Identifikasi Anion Kation
Praktikum acara II ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Nutrisi Dan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Penentuan Kesadahan
Praktikum acara II ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17 Desember 2008 pada pukul 07.30-12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Nutrisi Dan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
Pada saat berbicara masalah larutan, kita pasti berbicara juga tentang solvent atau pelarut, dimana jumlahnya lebih besar dan solut atau zat terlarut yang jumlahnya lebih kecil. Hal ini sudah biasa namun tidak selalu dapat diikuti, kadang pelarutnya mempunyai jumlah lebih kecil dari terlarutnya dalam beberapa kasus. Larutan H2SO4 contoh dari kasus ini. Kita menemukan bahwa air sebagai pelarut walaupun kuantitasnya kurang dari H2SO4 ( Woller dan Jerome, 1996 ).
Komponen dan sifat cairan baru ini, yaitu larutan berbeda dari air murni. Larutan adalah campuran karena terdiri dari dua zat atau lebih. Larutan ini homogen karena sifatnya diseluruh cairan, campuran air dan pasir adalah campuran heterogen larutan ( Petrucci, 1995 ).
Proses standarisasi diperlukan untuk mengetahui besar konsentrasi sesungguhnya dari larutran yang dihsilkan. Cara yang digunakan bermacam – macam, yaitu misalnya titrasi dapat digunakan jika konsentrasinya diketahui. Standarisasi secara titrasi dapat digunakan dengan bahan baku primer yakni bahan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan murni yang dilarutkan dalam volume larutan yang terjadi. Larutan yang dibuat dari bahan baku primer disebut larutan bahan baku primer ( Harjadi, 1997 ).
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunya tidak dapat dibedakan secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasi), larutan dibedakan dalam larutan elektrolit dan nnon elektrolit ( Anonim, 2000 ).
Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom, maupun ion dari dua zat atau lebih suatu larutan disebut campuran karena susunannya dapat diubah – ubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati bagian – bagian yang berlainan bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran heterogen permukaan – permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian – bagian atau fase – fase yang terpisah ( Pudjaatmaka, 1999 ).
B. Kinetika Reaksi
Laju reaksi tergantung pada banyaknya tumbukan antara molekul-molekul zat-zat yang bereaksi dan prosentase tumbukan yang efektif. Banyaknya tumbukan ditentukan oleh konsentrasi, suhu, keadaan kekasaran zat yang homogen atau heterogen. Sedangkan pada prosentase tumbukan yang efektif ditentukan oleh afinitas katalis dan dipengaruhi pula oleh suhu (Pringgomulyo, 1983).
Suatu laju reaksi ditentukan oleh sifat-sifat dari senyawa yang bereaksi, suhu serta konsentrasi dari reaktan-reaktan yang ada. Suhu yang meningkat akan diikuti atau akan menyebabkan kecepatan reaksi akan semakin cepat. Berdasarkan kenyataan yang ada, terdapat beberapa reaksi yang apabila terjadi kenaikan suhu 100ÂșC dapat meningkatkan laju reaksi sebesar dua kali lipat atau bahkan dapat lebih dari dua kalinya. Bila konsentrasi meningkat akan dapat pula mempercepat laju reaksi, akan tetapi beberapa reaksi ordo nol, konsentrasi tidak berpengaruh. Hal ini dikarenakan sifat reaksi tersebut jika ditambah suatu apapun reaksi tidak dapat dipercepat (Sukarjo, 1983).
Kecepatan reaksi adalah cepatnya zat yang bereaksi itu berkurang atau dapat diukur dengan cepatnya hasil reaksi yang timbul. Kecepatan ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain konsentrasi zat-zat yang bereaksi, temperatur campuran reaksi, macam zat dan adanya katalisator positif. Biasanya reaksi antara ion dengan ion (reaksi metatesis) yang tidak bersifat oksidasi-reduksi, berjalan sangat cepat (instant dan neous) (Haryadi Et al, 1975).
Menurut hukum aksi massa, laju reaksi kimia pada suhu tertentu dinyatakan sebagai banyaknya zat yang berekasi persatuan waktu, bergantung hanya pada konsentrasi zat yang mempengaruhi lajunya. Zat yang mempengaruhi laju biasanya adalah suatu zat pereaksi atau lebih, kadang-kadang salah satu hasil reaksi dan kadang-kadang suatu katalis yang tidak muncul dalam persamaan kimia menyeluruh yang diseimbangkan. Ketergantungan laju pada konsentrasi sebagai keseimbangan langsung, dimana konsentrasi muncul dalam pangkat nol, satu atau dua. Pangkat konsentrasi ini disebut ordo reaksi terhadap zat itu (Rosenberg, 1992).
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau produk dalam suatu satuan waktu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol perliter, tetapi untuk reaksi fase gas, suatu tekanan atmosfir, millimeter merkurium atau pascal dapat digunakan sebagai ganti konsentrasi. Satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, ataupun tahun tergantung pada apakah reaksi itu cepat atau lambat (Keenan, Et al, 1990).
C. Sifat Koligatif Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua zat atau lebih. Keadaan fisik larutan dapat berupa gas, cair, atau padat dengan perbandingan yang berubah- ubah pada jarak yang luas, dimana tidak hanya zat cair saja (Sukarjo, 1994).
Tf, larutan tidakDTd, DP, DBesarnya tergantung pada jenis zat terlarut dan hanya tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut disebut sifat koligatif larutan. Larutan yang TfDTd, dan DP, Dmengalami dioksidasi maka besarnya dipengaruhi oleh derajat ionisasi larutan (Suryanto, 1999).
Pelarut murni akan dapat mendidih bila tekanan uap jenuh pada permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar. Untuk sistem terbuka, tekanan udara luar yang dimaksud adalah tekanan atmosfer atau 76 mmHg Karena zat terlarut non volatile mengurangi tekanan uap maka diharapkan akan terjadi peningkatan titik didih apabila ke dalam pelarut murni dimasukkan zat non volatile (Bird, 1993).
Suhu dimana larutan mendidih selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murni jika zat pelarutitu relatif tidak menguap. Dalam larutan encer, kenaikan titik didih berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut di dalam massa tertentu pelarut (Rosenberg, 1992).
Sifat-sifat koligatif larutan dipengaruhi oleh zat itu berinteraksi pada tingkat molekul. Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut, sifat larutan itu berbeda dari pelarut murni. Sejauh mana sifat suatu larutan berubah jika dibandingkan dengan sifat pelarut murni dinyatakan dalam hukum koligatif. Hukum tersebut berbunyi bahwa selisih tekanan uap, titik beku dan titik didih larutan dengan tekanan uap, titik beku dan titik didih pelarut murni berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut (Keenan, 1990).
D. Kesetimbangan Kimia
Reaksi kimia yang digerakkan dalam pemeriksaan kimia seringkali berlangsung secara bolak-balik. Jalannya reaksi bergantung pada keadaan luar sepertikadar zat yang bereaksi, suhu, dan sebagainya. Dalam pemeriksaan kimia, jenis, dan zat kimia yaitu reaksi asam basa, biasanya digunakan reaksi pembentukan, reaksi pengendapan, dan reaksi redoks (Rivai, 1995).
Subjek kimia dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu sistem kesetimbangan dan perubahan fisika atau kimia. Untuk mengetahui bagaimana suatu perubahan itu berlangsung harus didasarkan pada teori kesetimbangan. (Laider, 1996).
Reaksi kimia berlangsung dengan kecepatan tertentu ada reaksi yang sangat cepat berlangsung misalnya reaksi ion. Akan tetapi banyak reaksi baik untuk senyawa organik atau anorganik yang berlangsung dalam kecepatan yang dapat diukur pada suhu yang memungkinkan. Dalam laporan tentang laju reaksi diukur sehingga laju reaksi dan mekanisme reaksi. Laju reaksi sehingga berkurangnya zat yang bereaksi atau bertambahnya zat hasil reaksi. Pada umumnya laju reaksi tergantung pada konsentrasi zat yang bereaksi temperatur dan katalis (Anonim, 2005).
Konstanta kesetimbangan reaksi tidak dipengaruhi oleh adanya katalis. Karena sifatnya sangat mempercepat tercapainya keseimbangan. Menurut asas Le Chatelier, sistem pada keseimbangan ini jika diberi gangguan akan memberi respon dengan memaksimalkan efek gangguan tersebut artinya jika tidak diperbesar maka reaksi akan menyesuaikan agar kenaikan itu minimum. (Afkins, 1996).
Transmitasi (T) sering dinyatakan sebagai presentase (% T). Absorbansi (A) suatu larutan dinyatakan sebagai peresamaan A = - log T = log . Berbeda dengan transmitasi, absorbansi larutan bertambah dengan pengurangan kekuatan sinar. Bila ketebalan benda atau konsentrasi materi yang dilewati cahaya bertambah, maka cahaya akan lebih banyak diserap. Jadi absorbansi berbanding lurus dengan ketebalan b dan konsentrasi c, dimana a adalah konstan absortivitas “absortivity” (Hendayana,1996).
E. Penentuan Massa Rumus Zat
Stoikiometri didefinisikan sebagai perhitungan dari jumlah elemen yang ada dalam komponen yang dipisahkan/diproduksi atau dihasilkan oleh sebuah reaksi kimia, atau sebagai cabang dari ilmu kimia yang berhubungan dengan aspek jumlah seluruh kombinasi bahan kimia (Bailar et al, 1995).
Pengukuran spektrometri massa didasarkan pada pengubahan melekul netral menjadi partikel bermuatan melalui benturan dengan elektron berenergi tinggi. Spektrum massa memberi informasi berat melekul yang berguna untuk mengidentifikasi bangun melekul bersama spektrum IR dan MR (Hendrayana, 1994).
Persenyawaan-persenyawaan ionik pada waktu membentuk kristal ada yang membawa serta melekul air ke dalam struktur kristal itu. Persenyawaan yang struktur kristalnya mengandung melekul air disebut hidrat. Hidrat merupakan senyawa murni dimana kondisinya stabil pada suhu tertentu dan kelembaban tertentu/atmosfer (Anwar Nur et al, 1981).
Massa melekul atom sendiri-sendiri biasanya diberikan dalam satuan atomik (sma). Satuan didefinisikan dalam atom karbon normal 12C (yang ditetapkan bersama sebesar 12,000 sma). Karena atom H mempunyai kurang lebih dari massa atom karbon, maka massa atom Hidrogen adalah 1 sma. Massa setiap melekul hidrogen atau adalah 2 sma. Karena tiap melekul terdiri 2 atom hidrogen yang terikat menjadi satu serupa dengan massa atom oksigen (0) adalah 16,00 sma, sedangkan massa melekul oksigen (O2) adalah 32 sma (Cromer, 1994).
Berat melekul suatu zat yang mudah diuapkan dapat ditentukan dengan cara berat jenis uap yang tersedia, terdiri dari penimbang yang tersedia (1 gram) tertentu yang berbentuk uap tadi dan menghitung banyaknya garam yang akan mengisi suatu ruang 22,4 liter. Pada kondisi patokan (suhu dan tekanan yang sesuai dengan standar) cara yang dipakai untuk zat padat adalah didasarkan pada kenyataan pada zat yang dilarutkan menyebabkan titik didih atau titik beku dari zat terlarut/palarut, tergantung langsung dari bagian yang dilarutkan, dibandingkan dengan jumlah melekul (Fieser et al, 1991).
Analisis pembakaran menghasilkan rumus empiris, tetapi belum tentu sebuah rumus melekul. Spektrometri massa adalah metode yang paling mudah untuk menentukan bobot melekul. Sebuah spektrometri massa yang paling sederhana pun mampu memberikan bobot melekul integral sehingga memperkuat rumus empiris dan rumus melekul yang diperoleh dari analisis pembakaran spektrometer massa canggih dengan daya pisah tinggi dapat memberikan bobot melekul yang cukup tinggi/teliti untuk menentukan rumus melekulnya (Sukardjo, 1985).
Spektrometri massa adalah metode paling mudah untuk menentukan BM. sebuah spektrometri massa yang paling sederhana mampu memberi bobot melekul integrasi sehingga memperkuat rumus melekul yang diperoleh dari analisis pembahasan (Stanley, 1988).
Massa atom suatu melekul sendiri biasanya diberikan dalam satuan massa atomik (sma). Satuan didefinisikan dalam atom carbon normal, 12 C yang ditetapkan bersama 12 sma. Karena atom H yang kira-kira mempunyai 1/12 massa atom C. Sebelum di temukan alat spektrofometer massa, untuk menentukan berat atom suatu zat dapat dilakukan dengan cara kimia tersebut. Percepatan yang dilakukan ini adalah setelah satu zara zat kimia tersebut. Dari hukum Dulog dan Petit, didapat hubungan antara bert atom dengan energi panas, panasnya khususnya untuk zat padat Cu, Zn, dan Sn. Mereka memberi kesimpulan bahwa jumlah energi panas yang diperlukan untuk menentukan suhu 1 mol atom suatu unsur adalah 26,3 Joule. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan BA dari suatu unsur partikel (Tony, 1987).
F. Identifikasi Anion Kation
Senyawa yang terbentuk karena adanya serah terima elektron pada atom-atom pembentuknya disebut senyawa elektrovalen atau senyawa ionis dan ikatan pada senyawa tersebut disebut ikatan elektrokovalen atau senyawa ionis. Istilah polar kadang-kadang digunakan juga sebagai pengganti istilsh elektrokovalen. Pada suhu kamar senyawa ionis terdapat bentuk kristal yang disebut kristal ion (Syarifudin, 1994).
Ikatan ion terbentuk oleh pemindahan satu atom yang memberikan satu atau lebih dari elektron terluar ke atom lain yang kehilangan elektron menjadi ion positif (kation) atom yang mendapatkan elektron menjadi ion negatif (anion). Ikatan terjadi tarikan antara ion yang berlawanan (Ralp, 1990).
Kimia analis dapat dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi anion dan kation. Analisis kuantitatif digunakan untuk memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur dengan mengendapakan Hidrogen Sulfida. Analisis kuantitatif berurusan dengan menetapkan banyaknya suatu zat tertentu dalam sampel (Day, 1992).
Ikatan ion terjadi akibat gaya tarik menarik antara ion positif dan ion negatif. Atom yang mempunyai energi ionisasi rendah memberikan ikatan ion dengan atom yang mempunyai afinitas elektron tinggi atau antara atom-atom yang mempunyai kelektronegatifan yang tinggi. Jika struktur ion stabil dan muatan ion kecil mengakibatkan atom dengan mudah membentuk suatu ion (Brady, 1990).
Karena ion-ion yang muatanya berlawanan saling tarik menarik, maka kation dan anion tidak terdistribusi secara seragam dalam larutan. Anion lebih mungkin ditemukan di dekat kation dan sebaliknya. Secara keseluruhan muatan larutan adalah netral, tapi didekat ion tertentu ada kelebihan ion lawannya. Di rata-rata pada saat ion itu bergerak ke segala arah (Karyohadiprojo, 1994).
Pengendapan suatu padatan dapat digunakan untuk menentukan komposisi suatu zat secara tepat. Di dalam melakukan percobaan pengendapan, harus sesempurna mungkin. Artinya bahwa hanya dari sebagian kecil saja yang tersisa dalam larutan. Dalam pemurnian endapan melalui pencucian, kadang-kadang digunakan larutan pencuci yang banyak mengandung ion senama, bukan sekedar air murni. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kelarutan dari endapan tersebut. Teknik lain yang dapat lebih dipahami melalui prinsip-prinsip kesetimbangan larutan ialah pengendapan sebagian. Istilah ini mengacu pada suatu keadaan dengan dua atau lebih ion dalam larutan, yang masing-masing dapat diendapkan oleh pereaksi yang sama, dan dipisahkan oleh reaksi tersebut. Jelasnya salah satu ion mengendap, sedangkan ion yang lain tetap dalam larutan. Syarat utama untuk keberhasilan pengendapan reaksi adalah adanya perbedaan nyata dalam kelarutan senyawa-senyawa yang dipisahkan (Petrucci, 1992).
G. Penentuan Kesadahan
Kesadahan adalah proses pengendapan memungkinkan kalsium bereaksi dengan magnesium dalam laut. Akibat reaksi itu kalsium akan mengalami pengendapan di laut dibandingkan magnesium. Kalsium adalah unsur kunci dalam banyak proses geokimia. Ion kalsium bersama-sama dengan magnesium, dan terkadang ion ferro juga ikut berperan dalam kesadahan air. Sebagai akibat umum yang ditimbulkan dari kesadahan adalah terbentuknya endapan berupa lendir oleh sabun air sadah. Kesadahan sementara adalah kesadahan yang disebabkam oleh adanya ion-ion kalsium dan bikarbonat dalam air dan dapat dihilangkan dengan cara mendidihkan air, sehingga terbentuk reaksi kebalikan dari persamaan. Di perairan tawar, kesadahan yang terbentuk jika berasosiasi dengan ion-ion sulfat akan terbentuk kesadahan permanen, dimana tidak akan hilang saat pemanasan atau proses penguapan (Rompas, 1998).
Suatu endapan cenderung mengabsorbsi dengan paling mudah ion-ion yang membentuk senyawa tak dapat larut dengan salah satu ion dalam kisi. Ion perak atau klorida akan lebih mudah diserap oleh endapan perak klorida daripada ion natrium dan nitran (Day, 1992).
Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Kesadahan total tersebut juga ditentukan dengan menjumlah ion Ca2+ dan ion Mg2+ yang dianalisa secara terpisah, misalnya dengan metoda Atomic Absorbtion Spectrophotometry (AAI) (Santika, 1984).
Air permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti : Na, Mg, Ca, dan Fe. Air yang mengandung komponen tersebut dalam jual beli disebut air sadah. Hal itu menunjukkan bahan air yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi merupakan air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan tertentu (Kristanto, 2002).
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air kesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan dapat dibagi dalam 2 tipe, yaitu kesadahan umum dan kesadahan karbonat selain 2 tipe tersebut dikenal tipe kesadahan lain yaitu kesadahan total yang merupakan penjumlahan dari kesadahan umum dan kesadahan karbonat (Anonim, 2006).
Air sadah juga tidak menguntungkan pada proses pencucian yang menggunakan sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-mula sabun harus bereaksi lebih dulu dengan setiap ion Ca2+ dan Mg2+ yang terdapat di dalam air sebelum sabun dapat berfungsi menemukan tegangan permukaan. Hal ini bukan saja akan banyak memboroskan penggunaan sabun, tetapi gumpalan-gumpalan yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis pada alat-alat yang dicuci sehingga mengganggu proses pembersihan dan pembilasan oleh air (Achmad, 2004).
Kesadahan pada prinsipnya adalah terkontaminasinya dengan unsur kation seperti Na, Mg, Ca, dan sebagainya. Di alam, kesadahan yang paling tinggi terdapat di air laut dan sungai pada daerah batuan kapur (Anonim, 2004).
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air kesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu kesadahan umum dan kesadahan karbonat selain dua tersebut dikenal tipe kesadahan lain yaitu kesadahan total yang merupakan penjumlahan dari kesadahan umum dan kesadahan karbonat (Anonim, 2005).
BAB III MATERI DAN METODE
A. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
1. Materi
a. Alat
- Gelas ukur
- Labu takar
- Erlenmeyer
- Pengaduk
- Pipet
- Biuret
- Statif
- Corong
- Gelas
- Arloji
- Gelas piala
b. Bahan
- HCl 0,1 N
- Na2B4O7.10 H2O 0,4 gr
- Na2CO3 0,75 gr
- Indikator methil orange
2. Metode
a. Pembuatan larutan HCl 0,1 N
a. 1. Membuat larutan HCl dari larutan HCl pekat dan volume yang dibutuhkan adalah :
Rumus : x =
dimana : V = Volume HCl
K = BJ HCl = 1,19 gr/ml
L = Kadar HCl pekat (%)
a. 2. Mengambil X ml HCl pekat, kemudian dimasukkan dalam labu takar 100 ml
a. 3. Menambah aquades sampai tanda garis
a. 4. Mengocok sampai homogen
a. 5. Memindahkan ke Erlenmeyer
b. Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax
Na2B4O7.10 H2O + 2 HCl 2 NaCl + 4 H3BO3 + 5 H2O
1 gr ek = 2 gr mol
b. 1. Mengambil 0,4 gr Borax
b. 2. Masukkan ke Erlenmeyer
b. 3. Melarutkan dengan 50 ml aquades
b. 4. Menambahkan 2-3 tetes indikator mo
b. 5. Menitrasi dengan HCl sampai ada perubahan warna
b. 6. Menghitung Normalitas (N) HCl dengan rumus
Rumus : N =
c. Menentukan kadar Na2CO3
Kadar =
c. 1. Menimbang 0,75 gram Na2CO3
c. 2. Masukkan dalam labu takar 50 ml ditambah aquadest sampai menjadi larutan Na2CO3
c. 3. Mengambil 10 ml larutan Na2CO3 kemudian ditetesi 2-3 tetes indikator mo ditaruh pada erlenmeyer
c. 4. Mentitrasi dengan 0,1 N HCl hasil pembuatan larutan HCl 0,1 N
c. 5. Mencari kadar Na2CO3 (%)
B. Kinetika Reaksi
1. Materi
a. Alat
- Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Stopwatch
- Pipet
- Tabung reaksi
-
b. Bahan
- Potongan pita Mg 6 potong @ 2 cm
- Larutan HCl 1,0 M; 1,2 M; 1,4 M; 1,6 M; 1,8 M dan 2 M @10 ml.
2. Metode
a. Menyediakan 6 potong pita Mg dengan panjang masing-masing 2 cm.
b. Menyediakan larutan HCl 1,0 M; 1,2 M; 1,4 M; 1,6 M; 1,8 M dan 2 M, masing-masing 10 ml.
c. Memindahkan 10 ml larutan HCl 2 M ke dalam erlenmeyer 50 ml dan masukkan 1 potongan pita Mg
d. Mencatat waktu mulai dari memasukkan pita sampai reaksi selesai (pita habis).
e. Mengulangi percobaan ini dengan larutan HCl yang lain.
f. Mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan.
g. Menggambarkan grafik hubungan antara konsentrasi dengan dan (konsentrasi)2 terhadap .
h. Menenetukan tingkat / orde reaksinya.
C. Sifat Koligatif Larutan
1. Materi
a. Alat
- Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Gelas arloji
- Penjepit
- Pipet
- Stopwatch.
- Termometer
- Waterbath
b. Bahan
- Aquadest 75 ml
- Zat non volatile (urea) 5 gram
2. Metode
a. Menyiapkan dua erlenmayer berisi masing-masing 75 ml aquadest.
b. Melarutkan 5 gram urea dalam salah satu erlenmayer yang telah berisi 75 ml aquadest.
c. Memasukan kedua erlenmayer tersebut ke dalam waterbath dengan menggunakan penjepit selama tiga puluh menit.
d. Mengukur suhu mulai dari 0, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit dengan menggunakan termometer dari kedua erlenmayer tersebut dengan teliti.
td).De. Menentukan perubahan titik didih larutan (
f. Menentukan masa rumus (BM) urea.
D. Kesetimbangan Kimia
1. Materi
a. Alat
- Tabung reaksi
- Beker glass 50 ml
- Pipet
- Gelas ukur
- Spektrofotometer
b. Bahan
- Aquades
- Larutan KCNS 0,002 M
- Larutan Fe(NO3)3 0,2 M
2. Metode
a. Menyiapkan 5 buah tabung reaksi (beri label 1-5).
b. Memasukkan larutan KCNS 0,002 M masing-masing 5 ml.
c. Memasukkan larutan Fe(NO3)3 0,2 M 5 ml pada tabung satu, jadikan sebagai larutan standar.
d. Memasukkan larutan Fe(NO3)3 0,2 M 10 ml ke dalam baker glass kemudian menambahkan aquades hingga volume 25 ml jadikan larutan d.
e. Memasukkan larutan d 5 ml ke dalam tabung 2 yang telah diisi KCNS 0,002 M 5 ml.
f. Memasukkan larutan d 10 ml ke dalam baker glass kemudian menambahkan aquadest sehingga volume menjadi 25 ml jadikan sebagai larutan f.
g. Memasukkan 5 ml larutan f ke dalam tabung 3 yang telah berisi KCNS 0,02 M 5 ml.
h. Ulangi percobaan seperti langkah-langkah diatas sampai dengan tabung 5.
E. Penentuan Massa Rumus Zat
1. Materi
a. Alat
- Neraca Listrik
- Krus
- Penjepit Krus
- Oven
- Eksikator
b. Bahan
- Hidrat Kupri Sulfat (C4SO4.xH2O) 0,2 gram.
2. Metode
a. Menimbang kurs kosong dengan tutup
b. Menimbang 2 gr hidrat kupri sulfat dan memasukkan dalam kurs.
F. Identifikasi Anion Kation
1. Materi
a. Alat
- Tabung
- Pipet
- Gelas ukur
b. Bahan
- Larutan Al2(SO4)3¬¬
- NaOH
- NH3¬¬
- Al2(SO4)3¬¬ . 18 H2O
- PaCl2
- HCl pekat dan encer
- HNO3 pekat dan encer
2. Metode
a. Identifikasi ion Al3+
a.1. Mengambil larutan Al2(SO4)3 sebanyak 3 ml untuk setiap tabung.
a.2. Menambahkan 8 tetes NaOH pada tabung pertama Al2(SO4)3 sampai terbentuk endapan.
a.3. Menambahkan larutan NaOH berlebih sebanyak 5 tetes dan mengamati perubahan yang terjadi.
a.4. Menambahakan 8 tetes larutan amoniak pada tabung kedua larutan Al2(SO4)3 3 ml sampai terbentuk endapan.
a.5. Menambahkan amoniak berlebih sebanyak 5 tetes ke dalamnya dan mengamati perubahan yang terjadi.
a.6. Membandingkan hasil pada tiap tabung.
b. Identifikasi ion SO42-
b.1. Menambahkan larutan Al2(SO4)3 sebanyak 3 ml ke dalam 4 tabung.
b.2. Menambahkan larutan Barium Klorida (BaCl2) 3 ml ke masing-masing tabung.
b.3. Menambahkan larutan HCl pekat pada tabung 1 sebanyak 2 tetes.
b.4. Menambahkan larutan HNO3 pekat pada tabung 2 sebanyak 2 tetes.
b.5. Menambahkan larutan HCl encer pada tabung 3 sebanyak 2 tetes.
b.6. Menambahkan larutan HNO3 encer pada tabung 4 sebanyak 2 tetes.
b.7. Mengamati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi.
G. Penentuan Kesadahan
1. Materi
a. Alat
- Gelas Ukur
- Neraca Analitik
- Pengaduk magnetik
- Penangas Air
- Pipet
b. Bahan
- Larutan Standar H2SO4 0,02 N dan 0,1 N
- Larutan Standar NaOH 0,1 N
- Larutan Standar Na2CO3 0,1. Memanaskan sodium karbonat anhidrat dalam cawan platina di atas nyala api merah. Dinginkan dan timbang 5,3 gr dan larutkan dalam 1 liter aquadest.
- Indikator methil orange dan fenolphthalien 0,1 % (0,1 gr indikator dilarutkan dalam 100 ml ethanol 78 %).
2. Metode
a. Penentuan Kesadahan Sementara
a.1. Mengambil 100 ml sampel dengan pipet dan masukkan ke dalam erlenmeyer
a.2. Menambahkan 2-3 tetes indikator methil orange, kemudian titrasi dengan asam sulfat standard 0,02 N sampai warna merah timbul. 1 ml H2SO4 0,01 N = 0,002 gr CaCO3
b.1. Perhitungan :
Kesadahan =
b. Penentuan Kesadahan Permanen
b.1. Masukkan 100 ml air dan masukkan dalam erlenmeyer kemudian didihkan untuk menghilangkan CO2.
b.2. Menambahkan 10 ml NaOH 0,1 N, 10 ml Na2CO3 0,1 N, kocok dan uapkan di atas penganas air mendidih sampai 40 ml.
b.3. Dinginkan dan disaring, mengumpulkan filtratnya dalam labu takar 100 ml.
b.4. Membilas residu dengan kertas saring dengan aquadest bebas CO2 sampai bebas alkali, dapat diuji dengan indikator fenolphthalien kemudian membuat volume filtratnya 100 ml.
b.5. Mengambil filtrat 50 ml dengan pipet dan masukkan ke dalam erlenmeyer dan menambahkan 2-3 tetes indikator methil orange.
b.6. Mentitrasi dengan standart H2SO4 0,1 N sampai timbul warna merah (T (2,3 ml)).
b.7. Buatlah perlakuan Blanko :
- Mengambil 10 ml NaOH 0,1 N 10 ml NaCO3 0,1 N
- Masukkan dalam labu takar 100 ml dan encerkan dengan aquadest bebas CO2 sampai tanda.
- Mengambil 10 ml dan menambahkan 2-3 tetes indiator methil orange dan titrasi dengan H2SO4 0,1 N sampai timbul warna merah (B (3 ml))
1 ml H2SO4 0,1 N = 0,005 gr CaCO3
Total kesadahan = kesadahan sementara + kesadahan tetap
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1. Pembuatan Larutan 0,1 N HCl
Vol HCl (ml) BJ HCl (gr/ml) Kadar HCl (%) X ml HCl
100 1,19 37 0,83
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.2. Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax
m.borax(gr) V HCl(ml) Warna Awal Warna Proses Warna Akhir
0,418 29,5 Orange Orange merah muda
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.3. Penentuan Kadar Na2CO3
Vol HCl (ml) Kadar Na2CO3 (%) Massa Na2CO3(gr) Warna Awal Warna Proses Warna Akhir
42,6 44,2 0,755 Orange Orange Merah muda
Sumber : Laporan Sementara
b. Analisis Hasil Pengamatan
b.1. Membuat larutan 0,1 N HCl dari HCl pekat,
x = = = 0,83 ml
b.2. Menghitung Normalitas (N) HCl dengan Borax
N =
= = 0,074 N
b.3. Menentukan kadar Na2CO3
Kadar Na2CO3 =
= = 44,2%
2. Pembahasan
Dalam pembuatan larutan dengan normalitas tertentu membutuhkan perhitungan yang teliti agar sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini sangat penting karena pembuatan laporan kimia mempunyai tujuan tertentu baik untuk percobaan maupun kegunaan lainnya. Misalnya dalam pembuatan 0,1 N HCl membutuhkan 100 ml HCl pekat dengan pelarut 100 ml aquades.
Standarisasi HCl 0,1 N dengan Borax ( Na2B4O7.10H2O ) adalah mengambil 0,418 gr borax murni yang dilarutkan dengan 50 ml aquades ditambah 3 tetes indikator methyl orange kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer guna dititrasi dengan HCl sehingga terjadi tiga proses perubahan warna. Normalitas (N) HCl dihitung dengan menggunakan rumus :
N = ; dengan Valensi HCl = 2, BM Borax = 382, Volume HCl saat merubah warna larutan yang sedang dititrasi = 29,5 ml. Hasil normalitas HCl adalah 0,074 0,1. Warna awal sebelum dititrasi adalah orange kemudian dalam prosesnya berubah menjadi orange dan akhirnya berubah menjadi merah muda.
Penentuan kadar Na2CO3 juga menggunakan metode titrasi, yaitu antara asam ( HCl ) dengan Na2CO3. Dalam percobaan ini sama seperti proses standarisasi yaitu dengan menggunakan indikator metil orange. Setelah diamati, terjadi perubahan warna kuning menjadi orange kemudian setelah dititrasi menjadi merah muda. Pada waktu terjadi perubahan warna tersebut volume HCl yang digunakan 42,6 ml, sehingga kadar Na2CO3 dapat dicari yaitu 44,2%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan data hasil percobaan dengan hasil yang ideal antara lain karena perubahan konsentrasi komponen yang kadarnya mudah menguap saat pengambilan.
B. Kinetika Reaksi
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Tingkat reaksi 1
M (x) t (dt) (y)
x . y x2 y2
1,0
1,2
1,4
1,6
1,8
2,0 129
70
46
41
39
35 7,75x10-3
1,71x10-2
3,04x10-2
3,90x10-2
4,62x10-2
5,71x10-2 7,75x10-3
1,17x10-2
3,04x10-2
3,9x10-2
4,62x10-2
5,71x10-2 1,0
1,44
1,96
2,56
3,24
4,0 6,01x10-5
2,04x10-4
4,73x10-4
5,95x10-4
6,57x10-4
8,16x10-4
y2 = 2,8x10-3Sx2 = 14,2 Sxy = 1,98x10-1 Sy = 1,22x10-2 Sx = 9 360 S
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 2.2 Hubungan (Konsentrasi)2 HCl dengan 1/t
x2 y x2y x4 y2
1,0
1,44
1,96
2,56
3,24
4,0 7,75x10-3
1,71x10-2
3,04x10-2
3,90x10-2
4,62x10-2
5,71x10-2 7,75x10-3
2,06x10-2
4,26x10-2
6,24x10-2
8,31x10-2
1,14x10-1 1,0
2,0736
3,8416
6,5536
10,4976
16,0 6,01x10-5
2,04x10-4
4,73x10-4
5,95x10-4
6,57x10-4
8,16x10-4
x2 =S y2 = 2,8x10-3Sx2y= 3,31x10-1 39,966 Sy=1,22x10-2 S14,2
Sumber : Laporan Sementara
b. Analisis Hasil Pengamatan
- Tingkat reaksi 1 (Konsentrasi)
=
=
= - 1,19x10-2
=
=
= 2,14x10-2
- Garis regresi pangkat 1
Y = a + bx
Y = -1,19.10-2 + (2,14.10-2)x
- Standart deviasi reaksi tingkat 1
=
=
= 1,79x10-3
Tingkat Reaksi II (Konsentrasi)2
=
=
= 4,98x10-3
=
=
= 6,6x10-3
Persamaan Garis Linear Reaksi Tingkat 2
Y = a + bx
Y = 4,98.10-3 + (6,6.10-3)x
=
=
= 1,73x10-1
2. Pembahasan
Kecepatan reaksi atau laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi / jumlah zat-zat dalam reaksi kimia tiap satuan waktu. Penentuan kecepatan reaksi melalui beberapa tahap. Setiap tahap terjadi karena adanya suatu tumbukan antar atom atau molekul.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah tumbukan atau kecepatan reaksi adalah konsentrasi, luas permukaan zat, temperatur, dan penambahan katalis. Kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi.
Makin halus zat pereaksi makin permukaanya, sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan lebih besar maka reaksi akan berlangsung lebih cepat.
Biasanya kenaikan temperatur akan mempercepat reaksi dan sebaliknya penurunan temperatur akan memperlambat laju reaksi. Katelis adalah zat kimia yang dapat mempercepat reaksi dan zat ini tidak ikut berubah pada akhir reaksi.
Dalam percobaan kali ini menggunakan larutan HCl 2 M ; 1,8 M; 1,6 M ;1,4 M ; 1,2 M ; 1 M. Dimana larutan tersebut diambil sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan pita mg dan di catat waktu yang diperlukan oleh pita Mg agar larut didalamnya. Ternyata dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi atau kemolaran larutan HCl, semakin kecil waktu yang diperlukan untuk bereaksi, dengan kata lain memiliki laju reaksi yang cepat. Data yang diperoleh berturut-turut dari konsentrasi rendah adalah : 129detik, 70detik, 46 detik, 41 detik, 39detik dan 35 detik.
Orde reaksi merupakan jumlah semua eksponen dari konsentrasi dalam persamaan laju. Orde reaksi dapat dicari dengan membandingkan antara SD1 dan SD2. Dimana standart deviasi pertama diperoleh dari perhitungan persamaan garis regresi pangkat 1, kemudian dimasukkan pada rumus standar deviasi. Begitu pula pada standar devisi kedua, hanya saja menggunakan persamaan garis regresi pangkat 2. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa standar deviasi pada pangkat satu adalah 1,79 10-3 dan pada konsentrasi pada pangkat dua diperoleh standar deviasi 1,73x10-1. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa SD1 < SD2.
Dari hasil perhitungan yang telah didapat maka dibuat grafik hubungan antara 1/t dengan konsentrasi pangkat 1 dan pangkat 2. Dalam grafik juga ditarik suatu garis yang didapat dari persamaan garis regresi. Untuk persamaan garis regresi pangkat satu adalah y = -1,19.10-2 + (2,14.10-2)x, dan untuk persamaan garis regresi pangkat 2 adalah y = 4,98.10-3 + (6,6.10-3)x. Garis yang diperoleh dari persamaan regresi tersebut memotong grafik dari hubungan antara konsentrasi dengan 1/t.
C. Sifat Koligatif Larutan
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Perubahan Titik Didih Pelarut dan Titik Didih Larutan
No. T (menit) Td pelarut(oC) Td larutan(oC)
1 0 28 25
2 5 87 84
3 10 89 91
4 15 92 94
5 20 92 94
6 25 93 94
7 30 93 94
Sumber : Laporan Semantara
b. Analisis Hasil Pengamatan.
TdDb.1. Menentukan
td = Td larutan-Td pelarutD
= 94°C- 92°C
= 2oC
b.2. Menentukan BM
BM =
=
= 17,1
2. Pembahasan
Pada praktikum acara III Sifat koligatif larutan kita dapat mencari BM Urea Td) dengan rumusDdengan mencari kenaikan titik didih larutan ( Td larutan – Td pelarut barulah kita mencari berat molekul (BM) dengan rumus BM =
Data pada tabel menunjukkan bahwa titik didih larutan urea dan air naik turun/ stabil dalam kisaran tertentu. Untuk mendapatkan data yang akurat, sewaktu pengukuran suhu kenaikan titik didih larutan urea dan air dalam melakukan pemanasan menggunakan interval waktu sama. Pengukuran suhu dilakukan pada setiap lima menit dari menit ke-0 sampai menit ke-30. Dari perhitungan di atas diperoleh kenaikan titik didih larutan sebesar 2oC.
Sedangkan untuk berat molekul (BM) urea didapatkan nilainya sebesar 17,1,Seharusnya menurut teori berat molekul (BM) urea sebesar 60. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam mendapatkan nilai yang hampir mendekati/ mencapai nilai yang sesuai dengan teori antara lain kecermatan dalam membaca suhu pada larutan urea dan pada air, ketepatan dalam mengatur waktu dan masih banyak lagi faktor yang lain.
D. Kesetimbangan Kimia
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Absorbansi
Tabung Absrobsi (Ao)
1
2
3
4
5 0,917
0,732
0,253
0,033
0,014
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 4.2. Data Konsentrasi Awal dan Konsentrasi Setimbang
Tabung Konsentrasi Awal Konsentrasi Setimbang
Fe3+ CNS- Fe(CNS)2+ Fe3+ CNS-
1
2
3
4
5 0,1
0,04
0,008
0,0016
0,00032 0,001
0,001
0,001
0,001
0,001 10-3
7,98x10-4
2,76x10-4
3,6x10-5
1,53x10-5 9,9x10-2
3,92x10-2
7,72x10-3
1,56x10-3
3,05x10-4 0
2,02x10-4
7,24x10-4
9,64x10-4
9,85x10-4
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 4.3. Data Tetapan Kesetimbangan
Tabung KC1 KC2 KC3
1
2
3
4
5 9,9x10-2
3,13x10-2
2,13x10-3
5,62x10-5
4,67x10-6 0
6,28x10-6
1,54x10-6
5,4x10-8
4,5x10-9 10
19,95
34,5
22,5
47,8
Sumber : Laporan Sementara
b. Analisis Hasil Pengamatan
b.1. Cara menghitung konsentrasi (Fe3+) awal
Tabung 1. M1V1 = M1V2
0,2 . 5 = M2 . 10
M2 = 0,1 M
Pengenceran 1 M1V1 = M1V2
0,2 . 10 = M2 . 25
M2 = 0,08M
Tabung 2. M1V1 = M2V2
0,08 . 5 = M2 . 10
M2 = 0,04 M
Pengenceran 2 M1V1 = M2 V2
0,08 . 5 = M2 . 25
M2 = 0,016 M
Tabung 3. M1V1 = M2V2
0,016. 5 = M2 . 10
M2 = 0,008 M
Pengenceran 3 M1V1 = M2 V2
0,016 . 5 = M2 . 25
M2 = 0,0032 M
Tabung 4 M1V1 = M2V2
0,0032 . 5 = M2 . 10
M2 = 0,0016 M
Pengenceran 4 M1V1 = M2 V2
0,0032 . 5 = M2 . 25
M2 = 0,00064 M
Tabung 5 M1V1 = M2V2
0,00064 . 5 = M2 . 10
M2 = 0,00032 M
b.2. Dari tabel 4.2. Konsentrasi CNS- awal
M1V1 = M2V2
0,002 . 5 = M2 . 10
M2 = 0,001 M (untuk tabung 1 s/d 5 sama)
b.3. Konsentrasi Setimbang Ion Fe (CNS)2 +
Rumus :
x [CNS-1]awal
Tabung 1 = x 0,001 = 0,001 M
Tabung 2 = x 0,001 = 7,98x10-4 M
Tabung 3 = x 0,001 = 2,76x10-4 M
Tabung 4 = x 0,001 = 3,6x10-5 M
Tabung 5 = x 0,001 = 1,53x10-5 M
b.4. Konsentrasi Setimbang Ion Fe3+
Rumus :
[Fe3+]stb = [Fe3+] awal – [Fe(CNS)2+]stb
Tabung 1 = 0,1 – 0,001 = 0,099 M
Tabung 2 = 0,04 – 7,98x10-4 = 3,92x10-2 M
Tabung 3 = 0,008 – 2,76x10-4 = 7,72x10-3 M
Tabung 4 = 0,0016 – 3,6x10-5 = 1,56x10-3 M
Tabung 5 = 0,0032 – 1,53x10¬-5 = 3,05x10-4 M
b.5. Konsentrasi Setimbang Ion CNS-
Rumus :
[CNS-]stb = [CNS-]awal – [Fe (CNS)2+)stb
Tabung 1 = 0,001 – 0,001 = 0 M
Tabung 2 = 0,001 – 7,98x10-4 = 2,02x10-4 M
Tabung 3 = 0,001 – 2,76x10-4 = 7,24x10-4 M
Tabung 4 = 0,001 – 3,6x10-5 = 9,64x10-4 M
Tabung 5 = 0,001 – 1,53x10-5 = 9,85x10-4 M
b.6. Konstanta Kesetimbangan (KC1)
Rumus :
KC1 =
Tabung 1 = = 0,099 M
Tabung 2 = = 3,13x10-2 M
Tabung 3 = = 2,13x10-3 M
Tabung 4 = = 5,62x10-5 M
Tabung 5 = = 4,67x10-6 M
b.7. Konstanta Kesetimbangan (KC2)
Rumus:
KC2 = x [CNS]stb
Tabung 1 = = 0 M
Tabung 2 = = 6,28x10-6 M
Tabung 3 = = 1,54x10-6 M
Tabung 4 = = 5,4x10-8 M
Tabung 5 = = 4.5x10-9 M
b.8. Konstanta Kesetimbangan (KC3)
Rumus :
KC3 =
Tabung 1 = = 10 M
Tabung 2 = = 19,95 M
Tabung 3 = = 34,5 M
Tabung 4 = = 22,5 M
Tabung 5 = = 47,8 M
2. Pembahasan
Kesetimbangan kimia sangat bermanfaat bagi keuntungan manusia, antara lain di bidang industri antara lain di bidang industri yang menggunakan reaksi kimia. Untuk memperbesar hasil reaksi dapat dilakukan dengan memperbanyak zat pereaksi sehingga zat hasil reaksi semakin banyak pula.
Dalam percobaan telah dilakukan suatu proses pengenceran terhadap tiap larutan dalam tabung yang menggunakan Fe(NO3)3 yang sebelumnya larutan tersebut juga diencerkan dengan menggunakan akuades. Sehingga larutan dalam tabung 1 sampai dengan tabung 5 larutannya semakin encer. Keenceran ini menyebabkan perubahan warna pada larutan yang semula berwarna merah tua menjadi merah muda.
Berdasarkan tabel 4.1. diperoleh hasil absorbansi pada tabung 1 sebesar 0,917; pada tabung 2 sebesar 0,732; pada tabung 3 sebesar 0,253; pada tabung 4 sebesar 0,033, sedangkan pada tabung 5 diperoleh hasil -0,014. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai absorbansi awal (sebelum diencerkan) lebih besar daripada nilai absorbansi setelah ditambah aquades.
Hasil dari perhitungan konsentrasiawal dan konsentrasi setimbang dapat dinyatakan bahwa hasil konsentrasi awal lebih besar daripada konsentrasi setimbang pada Fe3+. Sedangkan pada CNS- konsentrasi awal lebih kecil daripada konsentrasi setimbang.
Pada tabel 4.3. diperoleh hasil konstanta kesetimbangan tabung 1 lebih besar daripada tabung 2, 3, 4 dan 5. Hal ini dikarenakan tetapan kesetimbangan (KC) dipengaruhi oleh konsentrasi awal dan konsentrasi setimbang zat-zat yang ikut bereaksi. Hubungan tetapan kesetimbangan dengan nilai absorbansi ialah semakin besar nilai absorbansi maka makin besar pula nilai tetapan kesetimbangan. Nilai tetapan kesetimbangan pada tabung 1 sebesar 10 M tabung 2 sebesar 19,95 M, pada tabung 3 sebesar 34,5 M, dan pada tabung 4 yaitu 22,5 M sedangkan tabung 5 sebesar 47,8 M.
E. Penentuan Massa Rumus Zat
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Data Pengamatan
A(gr) B(gr) C(gr) D(gr) Perubahan Warna
Awal Akhir
15,81 15,662 0,148 0,38 Biru Putih kebiru-biruan
A = Berat krus beserta isi sebelum pemanasan
B = Berat krus beserta isi sesudah pemanasan
C = Berat air (A-B)
D = Berat CuSO4 (berat CuSO4 awal-berat air)
Sumber : Laporan Sementara
b. Analisis Hasil Pengamatan
Berat Crusible kosong = 15,282
Berat Hidrat Cupri Sulfat = 0,528
Dalam menentukan rumus hidrat CuSO4.XH2O dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
Krus dan isi sebelum pemanasan(a) = 15,81
Krus dan isi setelah pemanasan (b) = 15,662 -
Berat air (c) = 0,148
Berat CuSO4 setelah pijar = berat awal Hidrat kupri sulfat - berat air
= 0,528 – 0,148
= 0,38 (d)
Mol CuSO4 : mol H2O
1 : x
x mol CuSO4 = mol H2O
Jadi rumusnya : CuSO4 . 4 H2O
Mr = Mr CuSO4 + Mr H2O
= 160+ 4 (18)
= 160 + 72
= 232
2. Pembahasan
Dalam percobaan penentuan massa atau rumus zat hidrat yang dipergunakan adalah CuSO4 . XH2O. Dalam Menentukan massa rumus hidrat tersebut adalah dengan pendekatan Mr CuSO4 + Mr x H2O.
Dari hasil percobaan tersebut didapatkan berat air yang dikandung hidrat adalah 0,148 gram. Dalam menentukan berat air tersebut dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan berat krus dan isi sebelum dan sesudah pemijaran adalah 15,81gram dan setelah pemijaran beratnya menjadi 15,662 gram. Berat krus kosong sebelum dan sesudah pemijaran tetap. Sehingga dari percobaan ini dapat diketahui bahwa berat isi (hidrat) mengalami penyusutan. Pemijaran dilakukan pada suhu lebih dari 100oC bertujuan untuk menghilangkan air yang kemudian berubah menjadi uap air. Hal ini juga dapat mempengaruhi jumlah CuSO4 setelah pemijaran karena berat dari Kupri sulfat merupakan selisih berat hidrat mula-mula (0,528 gram) dengan berat air (0,148 gram).
Dari hasil penelitian diperoleh x sebesar 4 dengan pembulatan ini tidak didapat hasil yang bulat yang mungkin dikarenakan waktu yang tidak tepat 24 jam melainkan kurang dari 24 jam. Sehingga air yang menguap belum semua dan sedikit berpengaruh pada berat kuprit sulfat. Akan tetapi, hal ini tidak berpengaruh karena hasil yang didapat sudah mendekati kebenaran.
F. Identifikasi Anion Kation
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Data Identifikasi Ion Al3+
Tab Larutan Jumlah tetes Endapan Warna Keterangan
1 NaOH
NaOH 8 tetes
(8+5) tetes gelatin
gelatin Keruh
Keruh ++
+++
2 Al3+ + 8 tetes NH3
Al3+ + (8+5) tetes NH3 Tidak terbentuk
endapan
Tidak terbentuk
endapan Bening
Bening
- -
- - -
Sumber : Laporan Sementara.
Tabel 6.2 Data Pengamatan Identifikasi Ion SO42-
Tab Larutan Terbentuk Warna Keterangan
1 SO42- 3 ml + BaCl 3ml + HCl encer 2 tetes Tepung
Tepung Bening mengendap ++
2 3 ml + BaCl 3ml + HNO encer 2 tetes Gelatin
Gelatin
Putih putih +++
3 3 ml + BaCl 3ml + HCl pekat 2 tetes Gelatin
Gelatin Putih putih ++++
4 3 ml + BaCl 3ml + HNO pekat 2 tetes Gelatin
Gelatin Putih putih ++++++
Sumber : Laporan Sementara.
b. Analisis Hasil Pengamatan
b.1. Reaksi yang terjadi pada ion Al3+
Penambahan NaOH
Al2(SO4)3 + NaOH
Al3+ + OH- ® Al(OH3) keruh
Al(OH)3 + OH- ® Al(OH)4
Penambahan Amoniak
Al3+ + NH3 ®H2O Al(OH)3 + NH4
3Na2SO4 +®Al2(SO4)3 + 6NaOH 2 Al(OH)3
Tidak terbentuk endapan pada Al2(SO4)3 + NaOH. Hal ini disebabkan karena Na+ dan Al3+ sama-sama basa kuat sehingga dapat larut secara homogen.
Sedangkan pada reaksi amoniak yaitu :
Al3+ + NH3 Al(NH3)63+ di bagian bawah tabung terbentuk endapan keruh yang berupa butiran-butiran tepung dan bersifat basa kuat, karena Al3+ merupakan basa kuat sedangkan NH3 bersifat basa lemah.
b.2. Reaksi yang terjadi pada ion
Al2(SO4)3 + BaCl2 ® AlCl3 + BaCl4
b.1. + ®Ba2+ BaSO4 (endapan putih).
b.2. BaSO4 + HCl ® BaCl +
b.3. BaSO4 + HNO3 ® Ba (NO3)2 +
Endapan yang terbentuk :
Penambahan HCl encer larutan berwarna putih keruh, ada endapan warna putih / endapan tepung.
Penambahan HNO3 encer larutan berwarna putih keruh, endapan tepung banyak.
Penambahan HCl pekat larutan berwarna putih keruh, endapan tepung lebih banyak.
Penambahan HNO3 pekat larutan berwarna putih keruh, terbentuk endapan tepung yang sangat banyak.
Pada larutan HCl pekat dan larutan HNO3 pekat didapat hasil endapan yang lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan larutan HCl encer dan larutan HNO3 encer. Hal ini dikarenakan larutan yang bersifat pekat mempunyai konsentrasi tinggi untuk saling melarutkan dan antara asam kuat dengan basa kuat terionisasi sempurna.
2. Pembahasan
Berdasarkan tabel 6.1 diketahui pada proses identifikasi Al3+ menggunakan larutan Al2(SO4)3 yang direaksikan dengan NaOH sampai 13 tetes tidak terjadi endapan, sedangkan pada pereaksian dengan NH3 sampai 13 tetes diperoleh hasil terbentuk endapan tepung 5 menit kedua sedangkan pada 5 menit pertama tidak terjadi endapan.
Sedangkan pada tabel 6.2 diketahui pada proses identifikasi SO42- dilakukan dengan menggunakan larutan Al2(SO4)3 yang direaksikan dengan BaCl2 terjadi endapan putih yang homogen. Dan pada saat ditetesi dengan HCl pekat dan encer masing-masing tetes yang terjadi perbedaan yaitu pada tabung I yang ditetesi dengan HCl encer endapannya lebih sedikit daripada tabung III yang ditetesi dengan HCl pekat. Sehingga endapan yang terlarutkan kembali banyak pada tabung I, karena konsentrasi HCl pekat lebih tinggi daripada HCl encer, sehingga daya melarutkan endapan yang timbul dari larutan Al2(SO4)3 dengan BaCl2 lebih kecil. Sedangkan pada tabung II dan IV yang ditetesi dengan HNO3 pekat dan encer, terjadi perbedaan yaitu pada tabung IV yang ditetesi HNO3 pekat endapan dari Al2(SO4)3 + BaCl2 lebih banyak daripada tabung II yang ditetesidengan HNO3 encer.
G. Penentuan Kesadahan
1. Hasil
a. Hasil Pengamatan
Tabel 7.1 Titrasi Kesadahan Sementara
ml Sampel Warna ml H2SO4 Nilai Kesadahan Sementara (ppm)
Awal Proses Akhir
20 bening orange merah muda 1,2 60
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 7.2 Titrasi Kesadahan Tetap
ml Sampel Warna ml H2SO4 Nilai Kesadahan tetap (ppm)
Awal Proses Akhir
10 Kuning muda Kuning tua merah 250
Sumber : Laporan Sementara
b. Analisis Hasil Pengamatan
b.1. Kesadahan Sementara
Volume H2SO4 0,1 N = 8,8 ml
1 ml H2SO4 0,01 N = 0,002 g CaCO3
Penyelesaian :
Kesadahan Sementara = Kesadahan 1 bag CaCO3/100.000 air
=
=
= 60
Jadi, dalam 100.000 bagian atau gram air terdapat 176 gram CaCO3.
b.2. Kesadahan Tetap
Volume Data Blangko = 2,5 ml
Volume H2SO4 0,1 N = 2 ml
1 ml H2SO4 0,1 N = 0,005 gr CaCO3
Penyelesaian :
Kesadahan tetap = kesadahan tetap bg CaCO3/100.000 bg air
=
=
= 250
Jadi, dalam 100.000 bagian atau gram air terdapat 250gram CaCO3.
Total kesadahan = kesadahan sementara + kesadahan tetap
= 60 + 250= 310 artinya, dalam 100.000 bagian atau gram air terdapat 256 gram CaCO3.
2. Pembahasan
Kesadahan air berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 2 yaitu kesadahan tetap dan kesadahan sementara. Kesadahan tetap mengandung garam CaCl2, CaSO4. sedangkan kesadahan sementara mengandung garam-garam CaCO3, Ca(HCO3)2. Dalam penentuan kesadahan ini dilakukan dengan cara titrasi . Pada kesadahan sementara dilakukan titrasi dengan larutan standar H2SO4 0,02 N dan volume yang dibutuhkan untuk mentitrasi air sadah sementara adalah 1,2 ml. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna larutan air sadah sementara yang ditambah MO yaitu warna yang semula bening, pada saat proses berubah warna menjadi orange dan diperoleh warna akhir titrasi yaitu merah muda.
Sedangkan pada kesadahan tetap dititrasi dengan menggunakan larutan standar H2SO4 0,1 N dan volume untuk mentitrasi air sadah tetap sebanyak 2 ml. Pada titrasi juga terjadi perubahan warna larutan air sadah tetap yang ditambah MO yaitu warna yang semula kuning muda, pada saat proses berubah warna menjadi kuning tua dan diperoleh warna akhir titrasi yaitu merah.
Volume H2SO4 yang dibutuhkan untuk mentitrasi air sadah tetap lebih banyak dari pada volume H2SO4 yang dibutuhkan untuk mentitrasi air sadah sementara karena air sadah tetap sulit berubah warna menjadi warna akhir pada waktu dititrasi sehingga dibutuhkan volume H¬2SO4 yang lebih banyak dari pada air sadah sementara. Selain itu air sadah sementara mudah dihilangkan dengan cara pemanasan sampai mendidih sedangkan air sadah tetap sulit dihilangkan walaupun dipanaskan sampai mendidih tetap mengandung kesadahan.
Pada praktikum ini didapat data blangko yaitu 2,5 ml. Disini blangko berfungsi sebagai titik akhir perubahan warna pada waktu dititrasi. Volume H2SO4 0,1 N yang dibutuhkan untuk titrasi adalah 2 ml. Selain itu juga dihitung nilai CaCO3 yang terkandung dalam kesadahan sementara maupun kesadahan tetap. Nilai CaCO3 yang terkandung dalam kesadahan sementara yaitu 60 gr CaCO3 dalam 100.000 bagian atau gram air, sedangkan nilai CaCO3 yang terkandung dalam kesadahan tetap yaitu 250gr CaCO3 dalam 100.000 bagian atau gram air. Total kesadahan didapat dari gr CaCO3 pada kesadahan sementara ditambah dengan gr CaCO3 kesadahan tetap dan hasil yang diperoleh 310 gr CaCO3 dalam 100.000 bagian atau gram air.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pembuatan Larutan Dan Standardisasinya
- Standarisasi larutan dengan menggunakan metode titrasi asam-basa dan indicator mo pada larutan 0,1 N HCl menghasilkan larutan yang berwarna merah muda.
- Titrasi HCl pada larutan Borax dan Na2CO3 berheti pada saat kedua larutan berubah menjadi merah muda.
- Normalitas HCl diperoleh melalui standarisasi sebesar 0,1 N.
- Penentuan kadar Na2CO3 dengan menggunakan 0,828 ml HCl menghasilkan larutan yang berwarna merah muda dengan kadar sebesar 35,1%.
- Borax dan Na2CO3 bersifat asam karena saat ditetesi methyl orange mengalami perubahan warna ( kuning menjadi orange ).
2. Kinetika Reaksi
- Standart deviasi digunakan untuk menentukan orde reaksi. Orde reaksi diperoleh dengan membandingkan SD1 dan SD2.
- Bila SD1 lebih kecil daripada SD2 maka orde reaksinya adalah 1, sedangkan bila SD1 lebih besar daripada SD2 maka orde reaksinya adalah 2.
- Percobaan kali ini berorde 2 karena SD1 lebih besar daripada SD2 yang adalah 0,00387
- Konsentrasi berbanding terbalik dengan waktu yang dibutuhkan untuk beraksi dan berbanding lurus dengan laju reaksi. Semakin besar molaritas HCl yang digunakan, semakin sedikit waktu yang digunakan.
- Garis regresi yang dihasilkan adalah garis yang linear.
3. Sifat Koligatif Larutan
- Penambahan zat pada pelarut menyebabkan kenaikan titik didih larutan.
- Dalam menentukan kenaikan titik didih larutan dapat dicari dengan Td larutan – Td pelarut.
- Besarnya titik didih larutan lebih tinggi dari pada titik didih pelarut .
- Untuk menentukan BM zat non volatile dapat menggunakan kenaikan titik didih.
- Kenaikan titik didih larutan urea sebesar 1ÂșC.
- Besarnya berat moleku (BM) urea adalah 34,2.
4. Kesetimbangan Kimia
- Nilai absorbansi yang benar adalah antara nol sampai satu.
- Tetapan kesetimbangan dipengaruhi oleh konsentrasi awal dan konsentrasi setimbang zat-zat yang ikut bereaksi.
- Hubungan tetapan kesetimbangan dengan nilai absorbansi yaitu semakin besar nilai absorbansi maka semakin besar pula tetapan kesetimbangannya.
- Suatu reaksi dikatakan setimbang jika ada nilai tertentu yang tidak berubah dengan berubahnya waktu.
- Ciri kesetimbangan adalah adanya reaksi bolak-balik, kecepatan kekiri dan kekanan selalu konstan.
- Tetapan kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi, tekanan dan volume.
- Ketetapan kesetimbangan dapat dihitung dengan membagi konsentrasi produk dengan konsentrasi reaktan.
- Nilai tetapan kesetimbangan
1) Tabung 1 = 0,099 M
2) Tabung 2 = 0,0302 M
3) Tabung 3 = 0,00150 M
4) Tabung 4 = 0,000026 M
5) Tabung 5 = 0,000000457 M
5. Penentuan Massa Rumus Zat
- Berat krus dan isi sebelum pemanasan (12,826 gr) lebih besar daripada berat krus dan isi setelah pemanasan (12673 gr) karena air yang dikandung hidrat menguap akibat pemanasan pada suhu lebih dari 100oC.
- Berat air yang menguap selama reaksi adalah 0,153 gram.
- Berat CuSO4 setelah pemanasan adalah 0,404 gram.
- Rumus melekul dari hidrat tersebut adalah CuSO4 . 5H2O.
- Mr dari hidrat kupri sulfat adalah 3.36.
- Perubahan warna pada proses dari awal adalah biru menjadi putih pada akhir proses.
6. Identifikasi Anion Kation
- Identifikasi Al3+ dengan NaOH tidak menghasilkan endapan.
- Identifikasi Al3+ dengan NH3 menghasilkan endapan berupa tepung.
- Larutan amonia bersifat basa lemah bila dicampurkan dengan larutan aluminium sulfat membentuk endapan keruh berupa butiran tepung.
- Larutan asam basa kuat bila ditambah dengan asam kuat dan basa kuat akan teridentifikasi berlebih sehinggan membentuk larutan homogen.
- Pengidentifikasian ion Al3+ dapat dilakukan dengan melakukan larutan Al2(SO4)3 dengan NaOH dan Amoniak.
- Pada penambahan HCl pekat endapannya lebih banyak dari pada penambahan HCl encer. Sedangkan pada penambahan HNO3 encer jumlah endapan lebih sedikit dari pada HNO3 pekat.
7. Penentuan Kesadahan
- Kesadahan sementara mengandung garam-garam CaCO3, Ca(HCO3)2
- Kesadahan tetap mengandung garam CaCl2, CaSO4
- Nilai kesadahan sementara adalah 60 ppm sedangkan nilai kesadahan permanen adalah 250 ppm..
- Total kesadahan yang didapat adalah 310 ppm.
B. SARAN
Dengan pembuatan laporan ini penyusun berharap dapat membantu menambah pengetahuan orang lain tentang Kimia Dasar. Dan praktikan yang selanjutnya dapat bersungguh – sungguh dalam menjalankan praktikum dan dalam pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Didownload dari http//alat.dikti org/Lab/Kidas.htm ( Diakses Minggu, 21 Desember 2008 )
Harjadi, W. 1997. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta
Petrucci, Ralph H. 1995. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Pudjaatmaka, H. 1999. Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Woller, Paul dan Jerome H. Suple. 1996. Chemistry Elementary Principles. Addison Wesley Publishing Company Inc. London.
Haryadi, Sri Saeni, Hendra Adijuana dan Wlly Djohan. 1975. Kimia Dasar 1. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Keenan, Charles W, Donald C. Kleinfelter dan Jesse Wood. 1990. Kimia untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Pringgomulyo, Saroyo. 1983. Kimia Umum. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Rosenberg, Jarome L. 1992. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Sukarjo. 1983. Kimia Fisika. Bina Aksara. Jakarta.
Bird,T. 1993. Kimia Fisik. Gramedia. Jakarta.
Keenan, Charles W. 1990. Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Rosenberg.1992. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Sukarjo. 1994. Kimia Fisika. Bina Aksara. Jakarta.
Suryanto, D. 1999. Praktikum kimia dasar. PT Mitra Gama Widya: Yogyakarta.
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.
Laider. 1996. Kimia Farma. Bina Aksara. Jakarta.
Rosenberk, J.L. 1992. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Afkins, P.U. 1996. 1996 Kimia Fisika Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Anonim. 2005. Didowload dari http/alat.dikti.org/Lab/Kidas/enam.htm
Anwar Nur, Iskandar,dan Sjachri. 1981. Kimia Dasar II. IPB. Bogor.
Bailar, Moeller, dan Kleinberg. 1995. University Chemistory. D.C. Heath and Company. Boston.
Cromer. 1994. Fisika Untuk Ilmu Hayati. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Fieser Louis dan Mary Fieser. 1991. Kimia Organik I. Dwiwantara. Bandung.
Hendayana. 1994. Kimia Analitik. Instrumen IKIP Semarang. Semarang.
Stanley. 1988. Kimia Organik. ITB Press. Bandung.
Sukardjo. 1985. Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta.
Tony. 1987. Penuntun Praktikum Kimia Fisika Untuk Universitas. PT. Gramedia. Jakarta.
Brady, JE. 1990. General Shmistry Primciples and Structur. John Willey and Son. New York.
Day, R. A. 1992. Analisis Kimia Kuantitati. Erlangga. Jakarta.
Karyohadiprojo, Irma I. 1994. Kimia Fisika. Erlangga. Jakarta.
Peterucci, R.H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga Jakarta.
Ralph, J. 1990. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Bird, Tony. 1987. Penuntun praktikum Kimia Fisika untuk Universitas. PT. Gramedia. Jakarta.
Keenan. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Pine, S. 1998. Kimia Organik Terbitan ke-Empat. ITB. Bandung.
Rival, H. 1995. Azas Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.
Sukardjo. 1985. Kimia Organik. Bina Aksara. Yogyakarta.
Syarifudin, N. 1994. Ikatan Kimia.UGM Press. Yogyakarta.
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Andi. Yogyakarta.
Anonim. 2006. Di download dari http://o-fish.com. Tanggal 21 Desember 2008, pukul 10.00.
Anonim. 2004. www. geocities.com. Diakses tanggal 21 Desember 2008, pukul 10.00.
Anonim. 2005. www. o-fish.com. Diakses tanggal 21 Desember 2008, pukul 11.00.
Day dan Underwood. 1992. Quantitative Analisis. Erlangga. Jakarta.
Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Andi Offset. Yogyakarta.
Rompas, Rizald M. 1998. Kimia Lingkungan. Farsito. Bandung.
Santika, Sumestri S. 1984. Metoda Penelitian Air. ITS Press. Surabaya.
Posted 1st December 2009 by puthune mbah warni
0
Add a comment
adek puthune mbah warni
KOMPOS WALL CLIMBING COMPETITION TINGKAT NASIONAL
PMPA KOMPOS Fakultas Pertanian UNS Surakarta Mengundang
kepada temen temen Mapala ato Organisasi Pecinta alam di seluruh dunia di acara
”KOMPOS WALL CLIMBING COMPETITION 2010” Tingkat Nasional....
Dalam rangka memeriahkan LUSTRUM VI PMPA KOMPOS Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, maka panitia LUSTRUM VI PMPA KOMPOS bermaksud menyelenggarakan ”KOMPOS WALL CLIMBING COMPETITION 2010” Tingkat Nasional yang dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Sabtu-Minggu, 30-31 Oktober 2010
Waktu : 07.00 WIB- selesai
Tempat : Komplek Gelora Manahan Solo
untuk keterangan lebih lanjut kunjungi sekretariatan kami...
di jl. Ir Sutami no 36 A 57126 surakarta..
ato kunjungi web'nya kompos www.kompos.web.id
matur nuwun...
Dalam rangka memeriahkan LUSTRUM VI PMPA KOMPOS Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, maka panitia LUSTRUM VI PMPA KOMPOS bermaksud menyelenggarakan ”KOMPOS WALL CLIMBING COMPETITION 2010” Tingkat Nasional yang dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Sabtu-Minggu, 30-31 Oktober 2010
Waktu : 07.00 WIB- selesai
Tempat : Komplek Gelora Manahan Solo
untuk keterangan lebih lanjut kunjungi sekretariatan kami...
di jl. Ir Sutami no 36 A 57126 surakarta..
ato kunjungi web'nya kompos www.kompos.web.id
matur nuwun...
laporan mikrobiologi smstr2
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikrobiologi adalah telaah mengenai organisme hidup yang berukuran mikroskopis. Dunia mikroorganisme terdiri dari 5 kelompok organisme: bakteri, virus, protozoa, algae dan cendawan mikroskopis. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa diantaranya ada yang bermanfaat dan ada pula yang merugikan.
A. Latar Belakang
Mikrobiologi adalah telaah mengenai organisme hidup yang berukuran mikroskopis. Dunia mikroorganisme terdiri dari 5 kelompok organisme: bakteri, virus, protozoa, algae dan cendawan mikroskopis. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa diantaranya ada yang bermanfaat dan ada pula yang merugikan.
laporan kimia smter1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan praktikum ini dapat terselesaikan.
Ucapan terimakasih tak lupa penyusun sampaikan kepada :
a. Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.
b. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
c. Tim Dosen Pengampu mata kuliah Kimia Dasar.
d.
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan praktikum ini dapat terselesaikan.
Ucapan terimakasih tak lupa penyusun sampaikan kepada :
a. Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.
b. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
c. Tim Dosen Pengampu mata kuliah Kimia Dasar.
d.
tugas perah
Budidaya Sapi Perah
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodaktil
Subordo : Ruminansia
Famili : Boviade, untuk sapi
Genus : Bos
Subgenus : Bos Taurus
Spesies : Bos indicus (sapi Fries Holland)(mukhtar,2006)
1. SEJARAH SINGKAT
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit.
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodaktil
Subordo : Ruminansia
Famili : Boviade, untuk sapi
Genus : Bos
Subgenus : Bos Taurus
Spesies : Bos indicus (sapi Fries Holland)(mukhtar,2006)
1. SEJARAH SINGKAT
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit.
Garam inggris (MgSO4.7 H2O) : magnesium sulfat heptahidrat 4. Soda hablur (Na2CO3.10 H2O) : natrium karbonat dekahidrat. Jika suatu ... magnesiumsulfat.blogspot.de
BalasHapus